"Intinya ibu tidak kesepian dan tidak duduk manis saja sambil mengawasi cucu."
"Kalian pasti sudah sibuk dengan urusan keluarga masing-masing toh."
Saya merasa pendapat ibu banyak benarnya. Belum berkeluarga saja waktu kita sudah habis dengan urusan pekerjaan dan kemacetan di jalan. Apalagi kalau sudah berkeluarga?
Kita jangan melihat dari satu sisi saja. Apalagi demi menjaga apa kata orang nantinya. Yang menjalani si orangtua. Jadi biarkan orangtua kita menentukan pilihan. Mencari kenyamanan usai pasangan jiwanya dipanggil Tuhan.Â
Tapi namanya rencana. Tuhan juga yang menentukan. Sebelum kita anak-anaknya "mentas" semua. Tuhan telah memanggil ibu pulang ke haribaan-Nya.Â
Sebagai anak tentu saja inginnya tuh merawat orangtua, sebagaimana mereka merawat kita di waktu kecil. Meski keinginan tersebut tidak berwujud. Setidaknya saya sebagai anak telah menemani dan menghantarkan ibu sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Saya jadi berpikir tentang masa tua nanti. Kalau saya diposisi ibu, rasanya  akan melakukan hal yang sama juga deh. Saya lebih memilih tinggal di panti jompo ketimbang ikut tinggal bersama anak dan cucu.
Privasi kita tetap terjaga. Hidup tidak merasa sendiri. Kita tetap bisa beraktivitas sesuai kebutuhan. Jadi biarpun panti jompo bukan budaya kita. Kalau akhirnya harus tinggal di panti jompo, kenapa tidak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H