Berbicara tentang jalur sepeda, saya jadi tergelitik untuk ikut bersuara. Pasalnya saya termasuk pesepeda aktif yang setiap hari mengendarai sepeda saat beraktivitas. Jadi bersepedanya bukan saat akhir pekan saja.
Jauh sebelum adanya komunitas pekerja bersepeda yang lebih dikenal dengan komunitas Bike to Work (B2W) tahun 2005, saya sudah bersepeda ke kantor sejak tahun 1995. Kebetulan saat itu saya bekerja di daerah Sudirman. Tangerang-Jakarta hampir setiap hari.Â
Tahun 2002-2019 ketika beralih menjadi pengajar, saya tetap mengendarai sepeda dari rumah menuju sekolah. Juga saat memberi les privat ke rumah anak murid. Karena bersepeda sudah menjadi hobi dan kebiasaan, maka saya senang-senang saja dengan adanya komunitas B2W.Â
Apalagi program mereka juga bagus. Meski saya tidak menjadi anggota aktif, tapi dalam beberapa kesempatan kerap ikut serta dengan kegiatan yang dilakukan oleh B2W. Saya juga mendukung pengadaan jalur khusus sepeda yang digagas oleh teman-teman komunitas bersepeda.
Begitu gagasan tersebut terwujud, saya sangat merasakan dampaknya. Pada saat bersepeda di tengah kota rasanya jadi lebih tenang dan nyaman saja. Tidak perlu menyalip atau nyelip-nyelip diantara kendaraan lain.
Dulu, tak jarang ketika sedang berada di tengah-tengah kendaraan lain, untuk mencari sela ke pinggir lagi sulit sekali. Tidak ada yang mau mengalah. Tidak ada yang dengan cepat memberi ruang untuk pesepeda.Â
Pesepeda seolah-oleh dianggap mengganggu. Padahal kan sama-sama kendaraan untuk beraktivitas. Berhubung jalur kiri sudah tidak ada ruang, biasanya saya menyalip diantara kendaraan lain.Â
Agak riskan memang. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak ada ruang bagi pesepeda. Maka begitu disediakan jalur khusus sepeda, rasanya lega sekali. Akhirnya saya tidak harus nyelip-nyelip diantara kendaraan lain lagi.Â
Jadi keberadaan jalur khusus sepeda sangat bermanfaat sekali. Sangat membantu para peserta aktif seperti saya. Siapa bilang jalur sepeda hanya mubazir. Sia-sia belaka. Tidak sama sekali.
Kalau ada yang berpendapat seperti di atas, sah saja. Mungkin melihatnya dari sisi lain. Di mana jumlah pesepedanya hanya segelintir saja. Sementara pemotor dilarang melintasi jalur sepeda. Maka jalur sepeda yang kosong tersebut dianggap mubazir.
Apapun pendapat yang terlontar harus dihargai. Saling menghargai saja. Yang pasti sebagai pesepeda aktif, saya merasakan langsung dampak positif adanya jalur khusus sepeda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H