"BATA, Nek."
sepatu BATA ada kata-kata demikian. Namun dalam kenyataannya memang ada jawaban seperti itu. Saya mengalaminya.
Dulu salah satu iklanKetika saya berkunjung ke rumah kawan atau saudara sendiri yang di dalamnya masih ada orang yang dituakan. Nenek, Oma, eyang putri dan seterusnya. Pasti penampilan kita tak luput dari pengamatannya.Â
Mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut. Selalu ada saja pujian yang terlontar. Biasanya dilanjut dengan bahasan seputar pujian tersebut. Seperti begini.
"Sepatumu apik. Merek'e opo?"
"BATA, Nek."
"Beli di toko BATA mana? Aku ta beli di sana juga kapan-kapan."
Dan seterusnya sambil bercerita tentang sejarah sepatu BATA. Salah satu ciri khas orangtua jaman dulu. Menjelaskan kembali kisah masa lampau.
Sejarah Sepatu Bata di Indonesia
BATA merupakan salah satu merek sepatu yang cukup terkenal di Indonesia. Begitu terkenalnya sampai orang-orang kira BATA merupakan produk asli Indonesia. Buatan anak negeri.
Memang yang membuat sepatu BATA orang Indonesia. Pabrik pembuatannya ada di Purwakarta. Namun hanya sekadar pekerjanya saja. Pemilik aslinya tiga bersaudara asal Cekoslowakia.
BATA masuk ke Indonesia tahun 1931. Jauh sebelum Indonesia merdeka. Tujuan perwakilan BATA datang ke Indonesia untuk menjalin kerjasama yang waktu itu masih di bawah kekuasaan Nederland.
Tahun 1940 BATA mendirikan pabrik di Indonesia, tepatnya di daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Sejak itu produksi sepatu BATA di Indonesia meningkat dan cukup bersaing dengan produk-produk lainnya.
Tahun 1994 BATA membangun pabrik yang cukup besar di daerah Purwakarta. Adapun pabrik BATA di Kalibata tutup. Selama kurun waktu 30 tahun pabrik BATA di Purwakarta tersebut menjadi pemasok utama sepatu BATA di Indonesia.
Bayangkan? 30 tahun. Sejak Indonesia belum merdeka. Wajar jika orang beranggapan sebagai produk asli Indonesia.Â
Kisahku Bersama BATA
Saya mengenal sepatu BATA sejak kecil. Pengaruh orangtua sih. Bagaimana tidak? Kalau tiap dibelikan sepatu, baik itu sepatu sekolah atau sepatu untuk jalan-jalan, selalu merek BATA.
Saya kecil mana ngeh urusan merek sepatu. Yang penting nyama dipakai. Beres. Setelah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri barulah mulai melirik-lirik merek sepatu lain.
Namun tetap tidak meninggalkan sepatu merek BATA. Mungkin karena sudah terbiasa ya? Ditambah komentar bapak yang terkadang suka menyudutkan.
"Sepatu apa yang kamu beli barusan?"
Saya pun menyebut merek sepatu yang ditanyakan oleh Bapak.Â
"Kenapa enggak beli yang merek BATA? Apik. Modelnya sederhana dan awet."
"Beli juga sih, Pak," sahut saya.
Jadi memang sudah tertanam di benak ini. Sepatu yang awet tuh BATA. Tergantung pemakai juga sih. Kalau saya sih iyes saja.
Jadi sampai sekarang salah satu merek sepatu yang saya miliki ya BATA. Mau beli sepatu merek lain nanti ujung-ujungnya masuk toko sepatu BATA aja lagi. Begitulah kalau sudah cinta.Â
Sayang sejak 30 April 2024 pabrik BATA terbesar di Purwakarta tutup. Tergerus jaman. Â Akibat pandemi juga. Entah ke depannya. BATA akan tetap beroperasi atau menutup semua gerainya di Indonesia?
Jikalau akan tutup, memang sudah masanya. Biasa itu sebuah usaha mengalami pasang surut. Saya pribadi merasa senang sebab pernah memiliki kisah bersama BATA. (DENIK)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H