Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Banjir Tak Menyurutkan Langkah untuk Berangkat Nyoblos

14 Februari 2024   22:44 Diperbarui: 14 Februari 2024   22:46 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi di depan rumah pagi hari (dok. Denik)

Rabu 14 Februari 2024 hari yang dinantikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Hari dimana rakyat Indonesia akan menjadi penentu masa depan negeri ini untuk lima tahun ke depan. Inilah puncak demokrasi Indonesia.

Rakyat berbondong-bondong menyuarakan haknya dalam memilih presiden dan wakil presiden Indonesia yang baru. Sehari sebelum nya panitia pemungutan suara diberbagai wilayah bergotong-royong mendirikan Tempat Pemungutan Suara alias TPS. 

Hingga tengah malam panitia bergantian menyelesaikan tugas masing-masing. Namun siapa nyana pada dini hari hujan turun dengan derasnya. Biasanya hanya hitungan jam sudah reda. Kalo ini sampai pagi hari cuaca masih gelap dengan hujan yang terus mengguyur.

Alhasil sebagian besar wilayah Jabodetabek terkena banjir. Tak terkecuali di daerah tempat tinggal saya. Jalanan di depan rumah sudah setinggi betis. Perlahan tapi pasti air tersebut masuk ke garasi sampai teras dan ruang tamu setinggi mata kaki.

"Weh, rumah kita kebanjiran."

Demikian woro-woro di WAG keluarga. Hal pertama yang dipikirkan adalah bagaimana cara mengungsikan anak-anak terlebih dulu? Sementara hujan tak ada tanda-tanda akan berhenti. 

Setelah berembug dengan adik-adik, akhirnya anak-anak digendong sampai ke depan gang rumah yang tidak banjir. Di sana sudah menunggu adik-adik yang akan membawa ke rumahnya. Kita yang dewasa rela ngrobok (menerabas banjir) demi anak-anak. 

Setelah anak-anak aman. Mulailah kita merapikan barang-barang yang berserakan di lantai terendam air. Tak terasa waktu sudah semakin siang. Kita harus ke TPS untuk nyoblos. Sedangkan air belum surut. Hujannya sih sudah reda.

"Bagaimana ini? Kalau menunggu surut kapan surutnya? Yang ada hujan lagi. Tambah repot.'

Semangat untuk nyoblos (dok. Denik)
Semangat untuk nyoblos (dok. Denik)
Akhirnya meski dengan berat hati harus ngrobok (menerabas banjir) menuju TPS yang untungnya tidak terlalu jauh. Aman dari banjir pula. Menuju TPS-nya sih senang-senang saja. Ngroboknya ini yang gimana gitu. Geli karena airnya hitam. Selain itu takut ada binatang juga.

Pokoknya was-was dan campur aduk rasanya. Tapi demi menunaikan hak pilih. Demi masa depan negeri ini. Akhirnya dengan semangat '45 kita berangkat nyoblos.

"Kapan lagi menyuarakan hak kita? Belum tentu lima tahun ke depan masih ketemu pemilu dan ikutan nyoblos lagi."

Maka meski jalanan banjir tak menyurutkan langkah untuk berangkat nyoblos. Mari. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun