Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keraton Kaibon, Kediaman Ratu Banten Berdaulat

26 September 2023   13:45 Diperbarui: 26 September 2023   13:48 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisa-sisa reruntuhan keraton Kaibon (dok. Denik)

BANTEN. Provinsi yang melepaskan diri dari Jawa Barat pada Oktober 2000 silam. Dahulu Banten merupakan kerajaan yang pernah mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Yaitu antara tahun 1651-1683 SM.

Pendiri kerajaan Banten adalah Sultan Syarif Hidayatullah yang kita kenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Dibangun pada tahun 1526-1552 SM.

Bukti kejayaan kesultanan Banten bisa dilihat dari peninggalan cagar budaya yang ada di sekitar sana. Reruntuhan keraton Surosowan dan keraton Kaibon. Danau Tasikardi, pengindelan, masjid Agung Banten dan tentu saja makan para sultan.

Kisah tentang Danau Tasikardi bisa klik di sini

Keraton Surosowan dibangun untuk tempat tinggal sultan dan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Sedangkan Keraton Kaibon merupakan tempat tinggal Ratu Aisyah. Ibunda Sultan Shaifuddin. Sultan Banten ke-21.

Sisa-sisa reruntuhan keraton Kaibon (dok. Denik)
Sisa-sisa reruntuhan keraton Kaibon (dok. Denik)

Ratu Aisyah tidak tinggal di Keraton Surosowan lagi sebab pada saat itu sultan wafat terlebih dulu. Meninggalkan dirinya dengan putra mahkota yang masih berusia 5 tahun. 

Nama Kaibon  memiliki arti keibuan. Keraton Kaibon dibangun pada tahun 1815 SM. Dibangun menghadap Barat dengan kanal di sekeliling keraton. Tujuannya sebagai sarana transportasi menuju keraton Surosowan yang hanya berjarak 500 meter dari keraton Kaibon. 

Keraton Kaibon berdiri di atas tanah seluas 4 hektar. Dibangun dengan menggunakan batu bata merah. Memiliki 5 gerbang bergaya Jawa-Bali. Dengan tinggi sekitar 2 meter. 

Bentuk gerbang tersebut diberi nama gerbang bersayap. Satu gerbang lainnya diberi nama pintu Paduraksa. Gerbang ini menghubungkan bagian depan dengan ruang utama. Ruang utama merupakan kamar tidur ratu. 

Tahun 1832 Keraton Kaibon dihancurkan oleh Deandels. Hal tersebut imbas dari penolakan Sultan Shaifudin terhadap pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan. Tidak tanggung-tanggung penolakan sultan, yaitu dengan memenggal kepala utusan Deandels.

Sultan Shaifuddin satu-satunya sultan Banten yang dibantu oleh ibu kandungnya dalam memerintah kerajaan. Karena Ratu Aisyah memang seorang perempuan yang cerdas, tangguh, dan pemberani.

Garis lurus keturunan langsung dari Sultan Shaifuddin diberi gelar Ratu Bagus. Sedangkan yang bukan keturunan dari garis lurus sultan diberi gelar Tubagus.

Lantai yang tersisa dari keraton Kaibon (dok. Denik)
Lantai yang tersisa dari keraton Kaibon (dok. Denik)

Kini kita hanya bisa menyaksikan sisa-sisa reruntuhan Keraton Kaibon. Tidak seperti Keraton Surosowan yang rata dengan tanah. Di Keraton Kaibon masih terlihat pilar-pilar yang berdiri kokoh. Bahkan ubin lantai pada sisi kanan keraton masih bisa dilihat secara penuh.

Keraton Kaibon menjadi salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Bagi yang ingin melihat secara langsung sisa-sisa reruntuhan Keraton Kaibon bisa datang ke Kampung Kroya, Kasunyatan, Kesemen, Serang, Banten 42191. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun