Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisahku Bersama KAI Commuter, Dari Naik Atap Sampai Tertidur Saking Nyamannya

4 September 2023   23:39 Diperbarui: 4 September 2023   23:49 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kereta Api. Transportasi yang sudah tak asing bagi saya. Terlahir dari keluarga yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, sejak kecil saya sudah diajak naik turun kereta api saat berkunjung dari satu kota ke kota lain di antara keduanya.

Kenangan yang terekam dari kisah masa kecil sewaktu naik turun kereta api adalah menyenangkan. Ya, saya senang duduk di dekat jendela. Melihat pemandangan yang beragam. Mulai dari rumah padat penduduk sampai sawah yang hijau royo-royo.

Begitu hijrah ke Jakarta, sekitar tahun 80-an, saya baru tahu kalau ada kereta api di dalam kota yang menjadi transportasi sehari-hari sebagian besar warga Jabodetabek. Selama ini saya tahunya kalau naik kereta itu ya lintas provinsi.

Suatu ketika saya diajak ke daerah Rangkasbitung oleh teman satu geng yang mayoritas laki-laki. Kami naik KRL dari stasiun Kebayoran Lama. Keretanya penuh sesak tak ada celah untuk bisa masuk. Namun teman-teman tetap mengajak naik. Alasannya lama lagi menunggu kereta yang ke arah sana. 

"Naik dari sambungan saja. Nanti bisa cari celah ke atas."

Kami bahu membahu menaiki kereta yang sudah penuh sesak melalui bagian sambungan. Berdiri dibagian sambungan berpegangan pada besi atau tangan teman yang terjangkau. Begitu kereta berhenti. Satu per satu dari kami naik ke atap kereta.

Awalnya saya ngeri, tapi begitu dikatakan aman dan lebih enak di atas. Saya pun segera mengikuti mereka. Wah, ternyata seru juga. Tapi cukup sekali itu saja naik ke atap kereta. Selanjutnya jika harus naik transportasi KAI Commuter, saya lebih memilih berdesakan di dalam.

Saya tidak menyangka kalau naik kereta api di Jabodetabek seperti itu. Jujur saja saya kapok. Kalau tidak terpaksa sekali lebih memilih naik motor saja. Cukup lama saya ilfeel dengan moda transportasi bernama kereta api.

Sampai suatu ketika ada sepupu dari Padang yang ingin ke Bogor tapi minta naik kereta api saja. Awalnya saya merasa seperti kebakaran jenggot. Namun akhirnya mencoba kalem saja seolah sudah terbiasa. 

Saya ajak sepupu yang dari Padang tersebut untuk naik kereta api dari stasiun Kebayoran Lama. Sudah lama tidak naik kereta api, saya dibuat terkaget-kaget. Wah, stasiunnya sudah berbeda sekali. Sudah bagus. 

Saya benar-benar kagum. Perubahannya sangat drastis bagusnya. Mulai dari bangunan stasiun, sistem pelayanan, dan moda transportasi itu sendiri. Semuanya berubah total. Bisa dibilang perubahan tersebut 360 derajat. Artinya benar-benar dirombak habis.

Sejak itu saya tidak lagi anti naik kereta api. Meski tempat tinggal saya cukup jauh dari stasiun kereta, yang terdekat ya stasiun Kebayoran Lama. Tapi saya senang jika diharuskan naik kereta. 

Saya bahkan bergabung dengan komunitas Kompasianer pengguna kereta (Click Kompasiana). Meski bukan pengguna moda transportasi kereta api dalam keseharian, tapi senang saja. Sebab banyak kegiatan dan informasi terkait kereta api. 

Seperti beberapa waktu yang lalu. Saya ikut kegiatan Click Kompasiana berupa Jelajah Cikarang. Perjalanan menuju Cikarang dengan menggunakan kereta api. Saya yang belum pernah ke sana sangat tertarik untuk ikutan. Alhamdulillah terpilih. Sebab untuk peserta yang ikut harus mendaftar dulu baru dipilih oleh adminnya.

Titik kumpul kita di stasiun Manggarai. Saya semakin bersemangat. Karena memang belum pernah ke stasiun Manggarai. Saya hanya mendengar ceritanya saja. Kalau stasiun Manggarai sudah bagus dan megah. Seperti di luar negeri deh.

Wah, semakin penasaran dong. Saya tak sabar menunggu hari pertemuan itu tiba. Ingin tahu seperti apa sih stasiun Manggarai sekarang? Begitu memasuki hari yang ditentukan dan saya menjejakkan kaki di stasiun Manggarai. Lagi-lagi saya dibuat terkagum-kagum. 

Fasilitas yang ada di dalam stasiun, jalur-jalur yang ada di sana. Semua memang sudah benar-benar berubah. Sangat jauh berbeda dibanding dengan sebelumnya.

Begitu masuk ke dalam kereta api dan mendapatkan tempat duduk. Saya nikmati setiap pergerakan kereta api dengan penuh perasaan. Oh, sekarang begini ya tempat duduknya. Oh, pintunya otomatis ya? Oh, penumpang yang berdiri sekarang lebih tertib ya?

Jadi saya benar-benar menikmati perjalanan menggunakan moda transportasi kereta api ini. Mulai memasuki stasiun sampai duduk di dalam kereta api. Semua terasa nyaman. Ya, kenyamanan itu yang tidak saya dapatkan pada saat saya naik kereta api zaman dahulu kala.

Pokoknya kalau dulu itu asal bisa masuk ke dalam kereta api saja sudah bagus. Tidak memikirkan lain-lainnya. Karena ya memang hanya itu transportasi tercepat, terdekat, dan bisa jadi terjangkau oleh mereka yang ingin beraktivitas sehari-hari. Jadi lebih menerima kondisi yang terpampang dihadapan daripada mengeluhkannya. Karena merasa percuma. Tidak akan didengarkan pula.

Maka ketika terjadi perubahan secara besar-besaran dan drastis dari sistem perkeretapian Indonesia. Penumpang yang pertama kali merasakan dampaknya. Yaitu merasakan kenyamanan yang tidak didapatkan sebelumnya.

Saking nyamannya, saya bisa tertidur nyenyak di dalam kereta apu. Bagaimana tidak? Ruangan ber-Ac. Penumpangnya tidak berjubelan. Tidak ada gangguan dari pedagang atau pengamen yang lewat. Jangankan ngamen, sesama penumpang saja dilarang mengobrol. Baik secara langsung maupun melalui telepon genggam. 

Sekarang tinggal bagaimana si penumpang dalam menjaga fasilitas yang sudah disediakan. Menjaga kenyamanan yang disuguhkan dengan mematuhi peraturan yang dibuat. Dengan taatnya terhadap aturan yang dibuat maka semua bisa merasakan sendiri. Bagaimana nyamannya naik kereta api sekarang. 

Dari stasiun Manggarai ke stasiun Cikarang lumayan bisa tidur nyenyak. Coba dulu? Lebih memilih naik ke atap atau berdiri di sambungan. Sebegitu tidak nyamannya berada di dalam kereta. Masuk seperjuangan keluar pun demikian. Terima kasih KAI Commuter atas pelayanan yang diberikan. Aku padamu sekarang. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun