Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Serba-serbi Tim Kabaret Ketapels

21 Agustus 2023   22:39 Diperbarui: 13 September 2023   17:54 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling menghayati peran (dok. Denim)

Jelas saja. Ayah Sangkuriang titisan dewa. Dayang Sumbi seorang putri kerajaan. Kloplah. Yang perempuan cantik dan yang laki-laki ganteng. Urusan rasa pun sudah klik istilah sekarang.

Oleh sebab luka di kepala Sangkuriang, Dayang Sumbi disadarkan bahwa ternyata laki-laki yang menyukai dirinya tersebut adalah anak kandungnya sendiri.

Maka dengan segala upaya ia menolak ajakan Sangkuriang untuk menikah. Sampai akhirnya tercetuslah sebuah kesepakatan. Sangkuriang diminta untuk membuat danau berserta perahu sampan dalam waktu satu malam. 

Karena Sangkuriang sudah sakti', ia sanggupi permohonan tersebut. Hasilnya? Dayang Sumbi berbuat curang. Ia lakukan segala cara agar tugas Sangkuriang gagal. Dan memang gagal total. 

Sangkuriang marah dan menendang perahu yang dibuatnya begitu mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh Dayang Sumbi. Konon perahu yang ditendang Sangkuriang menjadi kawasan yang sekarang dikenal dengan nama Tangkuban Parahu. 

Itulah sekilas gambaran tentang legenda Tangkuban Perahu. Lalu bagaimana dengan kabaret Bukan Sangkuriang Biasa. Tidak jauh berbeda. Hanya saja syarat yang diajukan bukan membuat danau. Karena parodi tentu sesuatu yang lucu dan kekinian. Apakah itu? Nantikan kisahnya ya? Menarik bukan?

Kabaret tersebut disutradarai oleh Iswadi Suhari. Kompasianer yang juga anggota Ketapels. Kang Didi (begitu saya memanggilnya) yang memperkenalkan kabaret berdasarkan cerita rakyat.

Seru, dan pastinya lucu. Itu yang membuat kabaret yang disutradarainya terlihat menarik. Tak hanya ditonton tapi juga untuk dilakoni sendiri oleh kita yang memang senang dengan cerita rakyat. Senang dengan parodi. 

Maka begitulah. Bertempat di O2 Corner, Co- Working Space, area Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta Barat. Tim kabaret Ketapels berlatih dan mengadakan diskusi terkait pementasan nantinya.

Saling menghayati peran (dok. Denim)
Saling menghayati peran (dok. Denim)

Ternyata tak mudah melakoni seni peran. Butuh konsentrasi dan penjiwaan. Latihan yang berlangsung selama 4 jam tersebut awalnya terlihat kaku. Namun setelah beberapa kali pengulangan adegan, para pemain mulai terlihat nyaman dan tidak kaku lagi. 

Totalitas dalam menjalani peran masing-masing mulai terlihat hasilnya. Meski masih ada kekurangan sedikit sih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun