"Ah, mainnya jelek tuh. Enggak pantes dia memerankan tokoh itu." Pernahkan mendengar orang mencela tokoh yang diperankan seseorang dalam sebuah cerita? Sebaiknya jangan lakukan hal itu lagi ya? Kenapa? Karena tidak mudah loh memerankan sebuah tokoh itu.
Memerankan tokoh yang bukan diri kita sendiri memang sesuatu yang menarik. Bagi para pemain peran ini menjadi tantangan tersendiri. Apalagi pekerjaan mereka memang demikian. Jadi peran apapun harus bisa dimainkan.
Namun untuk mencapai posisi tersebut mereka sudah melalui berbagai proses. Terlepas dari bakat yang dimiliki, ilmu akting mereka pelajari juga. Baik secara formal maupun otodidak. Jadi memang ada prosesnya.
Kecuali memang benar-benar brilian ya? Artinya orang tersebut diberi bakat dan kemampuan yang luar biasa. Sehingga bisa  menyerap dan menerima ilmu secara cepat. Cepat bisa, cepat menguasai.
Lalu bagaimana dengan kita yang tidak memiliki kemampuan seperti itu? Orang biasa saja yang selama ini hanya sebagai penikmat film. Apakah tidak boleh merasakan gimana rasanya jadi tokoh dalam sebuah cerita?
Oh, boleh sekali. Bisa saja kok. Caranya dengan ikutan casting. Yaitu proses pemilihan tokoh, penari, penyanyi atau apapun yang sesuai dengan cerita yang diharapkan.
Kita cukup mendaftar, mendalami tokoh dan dialog yang disodorkan. Lalu tunggu dipanggil dan mengikuti arahan yang diberikan.
Mudah? Kelihatannya.
Kenyataannya? Tidak semudah itu.
Saya sampai senep dan mules-mules loh. Baru saja saya merasakan yang namanya casting film.
Tepatnya Sabtu, 5 Agustus 2023. Bertempat di O2 Corner, Gedung Kompas Gramedia, saya dengan puluhan peserta lain sudah mengantre menunggu giliran dipanggil ke dalam ruangan audisi.
Adalah KOMiK Kompasiana yang menggelar open casting tersebut. Karena mereka sedang menggarap film pendek dengan judul "Ngidam." Judul yang menarik dan sepertinya simple juga ceritanya.
Penasaran dong. Ikutan casting aaah. Siap-siap isi formnya. Kok ada syarat yang sepertinya tidak saya kuasai. Batal ikut ah. Tapi disemangati. Disupport.
"Semua itu nanti bisa dipelajari kok."
Baiklah kalau begitu. Saya langsung isi form. Selesai. Tinggal tunggu info selanjutnya. Eh, Jumat malam kok ya ada urusan mendadak. Saya harus berangkat ke Subang. Saya kabari kakak panitia. Kalau saya batal ikut.
Urus punya urus ternyata urusan malam itu kelar saat itu juga. Saya putuskan untuk kembali ke Jakarta saja. Tiba di rumah subuh. Saya langsung berkabar lagi. Kalau saya jadi ikutan casting.
Istirahat dan tidur beberapa jam. Pukul 09. 30 WIB saya berangkat ke lokasi casting. Datang dan isi absen lalu memilih peran yang diinginkan.
Wuduh, saya tidak tahu info ini. Akhirnya tanya-tanya teman yang datang lebih dulu. Rupanya memang sudah ada di grup. Saya baru buka dan berlatih sepersekian menit dari waktu pemanggilan.
Sudah kadung di lokasi. Kepalang tanggung. Jadi ya sudah sepol kemampuan. Awalnya ketawa-tiwi dengan yang lain saat berlatih improvisasi. Begitu mulai dipanggil satu-satu menuju ruangan khusus barulah merasakan sensasi tersendiri.Ada yang senep perutnya. Ada yang jantungnya berdebar-debar. Ada yang grogi dan gemetaran. Saya? Merasakan semuanya... hahahaha
Lebih ke senep dan grogi sih. Maklum baru pertama kalinya. Jadi gimana gitu. Seru sih. Jadi tahu rasanya casting film. Sebuah pengalaman yang belum tentu terulang lagi.
Kapok? Enggak juga. Harus banyak belajar dan mempersiapkan diri dulu sebelum ikutan casting. Biar lebih maksimal. Soal hasil urusan belakangan. Setidaknya ikut meramaikan dunia casting. Halah...(EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H