Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengenal Lebih Jauh tentang Dunia Dubber bersama Utami Isharyani

4 Juli 2023   22:09 Diperbarui: 4 Juli 2023   22:29 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pintu teater tiga telah dibuka. Para penonton yang sudah memiliki tiket dipersilakan untuk memasuki  ruang teater."

Pernah dengar dong pemberitahuan di atas? Bagi penikmat film tentu sudah tidak asing dengan suara tersebut. Suara pemberitahuan dari  dalam bioskop saat kita hendak menonton film. Suara yang sangat khas dan tidak asing di telinga.

Orang yang mengisi suara tersebut biasa disebut sebagai dubber. Sebuah profesi yang mengandalkan teknik suara yang luar biasa. Nah, Ketapels dan Koteka akhir pekan kemarin mengundang seorang dubber untuk berbagi kisahnya sebagai seorang dubber dalam Bincang Inspiratif.

Mba Tami begitu saya memanggil Utami Isharyani sebagai narasumber kali ini. Ia telah lama mengenal yang namanya dubber. Namun baru tertarik untuk menggeluti dunia tersebut saat booming telenovela yang berasal dari Amerika Latin. Yang mana nama Maria Mercedes, Ferguso, dan Marimar begitu populer di zamannya.

Telenovela tersebut berasal dari Amerika Latin. Bahasa yang kita dengar adalah percakapan bahasa Indonesia. Rupanya dialih bahasakan. Nah, para pengisi suara tokoh-tokoh tersebut disebut dubber.

Sementara suara yang kita dengar di iklan-iklan radio dan televisi, Itu merupakan suara para voice over talent. Bukan sepenuhnya suara seorang dubber. Meski sama-sama terkait suara. Apa bedanya?

Kalau voice over talent lebih ke naratif. Sementara dubber lebih menekankan pada emosi, ekspresi, dialek, dan aksen yang disesuaikan dengan gerak bibir  dari visual yang ditampilkan pada layar.

Antusias peserta mendengarkan penjelasan Mba Tami (dokpri)
Antusias peserta mendengarkan penjelasan Mba Tami (dokpri)

Seperti itu gambaran perbedaannya. Nah, Mba Utami merasakan dua profesi tersebut. Tidak secara instan. Sebab butuh waktu 1 tahun untuk ia bisa disebut dubber atau voice open talent. Ada pelatihan  dan workshop khusus.

Sekarang ini sudah banyak pelatihan terkait dunia sulih suara. Proses dubbing pun lebih enak kata Mba Tami.

"Kalau dulu saat sulih suara yang membutuhkan banyak dubber sekaligus dalam satu ruangan, salah  satu orang melakukan kesalahan maka semua mengulang dari awal."

"Sekarang tidak begitu. Dengan teknologi digital yang baru cukup memangkas saja bagian yang salah untuk kemudian dirapikan lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun