Tak berapa lama loh, diujung jalan keluar ada tulisan besar-besar Bakso Mas Tris Enak dan Gurih. Mata saya langsung berbinar-binar. Begitu tiba diujung jalan, saya arahkan sepeda motornya ke parkiran warung bakso.
Saya langsung mencari posisi yang enak dan strategis. Setelah dapat dan memesan baksonya, saya langsung eksekusi tuh bakso.
"Weh, kok enak?" kata saya di dalam hati.
Saya kira karena kondisi mengantuk dan lelah, jadi dibawa makan bakso terasa enak saja. Rupanya saya salah. Ketika dari rumah saya sengaja ingin makan bakso di sana. Ternyata memang enak kok baksonya. Fix masuk daftar bakso favorit nih.
Selanjutnya bakso di Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Untuk menuju ke sana seperjuangan tersendiri. Jarak dari Kota Kupang sih dekat. Tapi akses dan kondisi di sana yang masih sulit. Sinyal saja tidak ada.
Sewaktu kunjungan ke sana, saya diajak makan bakso oleh tenaga kesehatan yang bertugas di sana.
"Ini satu-satunya warung bakso di pulau ini Kak."
Weh, mantap si mama berani buka warung di tempat terpencil seperti ini. Jangankan warung makan, warung kelontong saja hanya satu-dua. Mini market dan sejenisnya? Jangan tanya. Tidak ada sama sekali.
Itulah kenapa saya katakan bakso di Pulau Semau istimewa. Warung bakso langka dan terjauh yang pernah saya kunjungi. Soal rasa biasa saja. Mungkin karena tidak ada apa-apa lagi di sana. Jadi oke-oke saja.
Dua warung bakso yang kalau dikunjungi tak hanya dapat rasa, tapi juga dapat kenangan. Inilah cerita saya tentang bakso Nusantara. Jadi kapan kita ngebakso? (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H