Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Warung Makan Padang, Oase di Lintas Selatan Kupang-Atambua

28 Januari 2023   08:38 Diperbarui: 30 Januari 2023   14:35 3851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu nasi Padang pilihan (dokpri)

Jarak Kota Kupang-Atambua kurang lebih 176 km. Untuk menuju ke sana bisa ditempuh dengan pesawat kecil Wings Air. Dengan lama perjalanan sekitar 48 menit. Kalau menggunakan jalur darat sekitar 6-7 jam perjalanan.

Nah, ketika saya melakukan perjalanan ke sana, saya memilih jalur darat. Dengan pertimbangan bisa singgah di tempat-tempat yang indah.

Karena memang lintas selatan Kupang-Atambua dari hasil googling sebelum berangkat ke sana sangat indah. Selain itu kawan seperjalanan agak takut naik pesawat kecil. Jadilah memilih jalur darat.

Saya sendiri ingin singgah di Pantai Kolbano. Pantai yang dikenal dengan batu warna-warninya. Juga Pantai Oetune yang dikenal dengan padang pasirnya.

Namun risikonya jalur yang dilalui lebih sepi dan tidak ada warung yang bisa disinggahi. Tidak seperti di Pulau Jawa yang banyak rest areanya. Pilihan perjalanan yang dilematis.

Berhubung sudah diputuskan untuk memilih jalur darat, maka harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Salah satunya mabuk darat. Nah, itulah yang terjadi pada kawan seperjalanan.

Sopir travel yang mengantar kami sudah mengingatkan untuk sarapan terlebih dulu ketika masih di bandara. Karena jalan yang ditempuh cukup jauh serta berbukit-bukit. Si kawan seperjalanan menolak saran tersebut dengan alasan tak biasa sarapan nasi. Kalau sudah begitu bisa apa saya, selain langsung melanjutkan perjalanan saja?

Saya sendiri untuk urusan sarapan lebih fleksibel. Saya lebih suka sarapan buah. Tapi bila diharuskan makan nasi atau roti tak masalah.

Jadi saya merasa aman dalam menempuh perjalanan antara Kupang-Atambua. Saya benar-benar menikmati perjalanan. Melihat dan mengagumi daerah-daerah yang dilalui.

Tiba-tiba si kawan seperjalanan berbisik kepada saya kalau ia mabuk darat. Rasanya pusing dan ingin muntah. Wuduh, saya panik dong. Belum juga setengah perjalanan.

Ini efek tidak mau sarapan. Akhirnya saya katakan kondisi si kawan kepada sopir travel. Ia terlihat gusar juga. Karena memang tidak akan menjumpai warung nasi sepanjang jalur ini dalam waktu singkat.

"Sabar ya, Kak. Bisa bertahan, kan? Nanti ada satu warung nasi di daerah Kolbano," kata saya.

Waduh, saya hanya bisa berdoa dalam hati. Semoga kawan seperjalanan tidak muntah di dalam mobil. Bisa merusak mood perjalanan nih.

Syukurnya sih dia bisa bertahan. Akhirnya kita sampai juga di warung yang dimaksud. Papan nama di depan bertuliskan Rumah Makan Padang. Wah, rasanya seperti menemukan oase begitu membaca papan nama di tepi jalan tersebut.

Menu nasi Padang pilihan (dokpri)
Menu nasi Padang pilihan (dokpri)

Saya segera memapah kawan seperjalanan untuk duduk manis di dalam warung. Saya pesankan makanan dan minuman hangat. Pokoknya istirahat dulu sampai benar-benar pulih kondisi tubuhnya.

"Nikmati makanan dan minuman di sini sepuasnya Kak. Setelah ini tidak ada lagi warung yang dijumpai. Baru ada lagi setelah tiba di Atambua."

Saya pun segera memesan makanan dan minuman hangat. Padahal belum terlalu lapar. Kapan lagi makan nasi Padang di Pulau Timor.

Jangan bayangkan warung makan Padang di sini seperti yang ada di Jawa. Sangat berbeda. Kondisi warung makannya seperti rumah biasa. Di depan terdapat teras yang diisi beberapa bangku dan meja kayu panjang.

Di tengah ada satu pintu yang menuju ke dalam. Seperti ruang tamu dan ruang tengah yang dijadikan satu. Jadi terlihat luas.

Di dalamnya berjejer bangku dan meja kayu panjang juga. Di sudut kiri setelah pintu masuk ada meja dengan lemari kaca. Di situlah tempat kita memilih menu makanan.

Jadi dari luar tidak terlihat seperti rumah makan. Melainkan seperti rumah biasa yang kita jumpai di sini. Jendela rumah makan tersebut berupa kayu-kayu panjang vertikal. Benar-benar seperti rumah penduduk biasa. Tidak terlihat seperti rumah makan.

Meski demikian, inilah oase yang sangat dibutuhkan oleh pejalan seperti saya. Apalagi dengan kondisi kawan seperjalanan yang tidak fit.

Usai makan dan minum, kawan seperjalanan terlihat segar. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Dengan semangat pantang tidur selama perjalanan.

Saya nikmati dan abadikan setiap momen yang dilihat untuk dikenang nantinya. Seperti momen makan nasi Padang di Pulau Timor. Sebuah Oase di lintas Selatan Kupang-Atambua. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun