Pulau Semau. Sebuah pulau yang terletak di Pulau Timor. sebelah barat Kota Kupang, ibukota Nusa Tenggara Timur. Hanya "sejengkal" untuk mencapai pulau tersebut dari Kota Kupang. Secara administratif Pulau Semau termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kupang.
Akhir tahun 2020 saya berkesempatan mengunjungi Pulau Semau. Bersama seorang kawan, saya mengunjungi tenaga kesehatan yang sedang bertugas di sana. Menyalurkan bantuan untuk anak-anak pulau titipan beberapa komunitas di Jakarta.
Awalnya sempat terbersit perasaan was-was saat ditawari untuk berkunjung ke sana. Sebab dari beberapa informasi yang saya dapatkan. Akses untuk menuju ke sana cukup sulit. Belum ada angkutan umum. Jalanannya masih alami. Berupa tanah dan bebatuan.
Namun ada yang menyentak-nyentak di dada. Rasa penasaran akan kondisi di sana. Karena salah satu pantai di Pulau Semau yakni Pantai Liman, masuk 3 besar kategori destinasi baru terpopuler, Anugerah Pesona Indonesia 2020. Itu artinya pantai di sana tergolong indah bukan?
Setelah memantapkan hati dan mempersiapkan segala sesuatunya, saya pun terbang dari Jakarta menuju Kupang. Untuk selanjutnya melakukan perjalanan ke Kota Atambua, perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. Jadi tidak langsung menuju Pulau Semau.
Usai menyelesaikan urusan di Kota Atambua, barulah saya melanjutkan perjalanan ke Pulau Semau. Berhubung dari Kota Atambua tiba ke Kota Kupang malam hari, saya bermalam dulu di sana. Baru esok paginya melanjutkan perjalanan.
Awalnya saya ingin menyewa motor begitu tiba di Pulau Semau. Karena hanya itulah transportasi yang terjangkau di sana. Saya akan membonceng teman seperjalanan sebab dia tidak bisa mengendarai motor sendiri. Namun sopir travel yang mengantar jemput merasa tidak tega. Apalagi barang bawaan saya tak sedikit.
Akhirnya atas kesepakatan bersama, sopir travel kembali mengantar saya ke Pulau Semau. Pagi-pagi sekali saya sudah bersiap untuk menuju Pelabuhan Tenau. Dari sini akan menyeberang menggunakan kapal feri. Hujan gerimis mewarnai perjalanan kami.
Kurang lebih 30 menitan kapal yang saya tumpangi sampai di seberang, dermaga Hansisi. Mobil yang saya tumpangi langsung melaju mengikuti jalan setapak dan berbatu-batu.
"Oh, ini Pulau Semau," gumam saya.
Masih alami. Artinya belum ada pembangunan apapun yang sifatnya komersil. Seperti pasar, tempat makan dan sejenisnya. Benar-benar pulau yang masih alami dan apa adanya.
Jarak dari satu rumah ke rumah yang lain berjauhan. Kebun dan hutan pemandangan yang saya jumpai. Tujuan utama saya ke tempat tenaga kesehatan ditugaskan. Yakni puskesmas Akle. Ternyata cukup jauh dari dermaga Hansisi. Beberapa kali sempat salah jalan. Sebab tidak ada papan petunjuk jalan.
Hanya berbekal petunjuk warga setempat panduan perjalanan ini. Belok kanan, lurus, belok kiri setelah ini dan seterusnya. Semacam itu. Untung sopir travelnya pandai dan cukup paham daerah tersebut. Sehingga tidak terlalu kebanyakan nyasar. Saya sih khawatirnya kehabisan bensin atau bannya bocor atau mogok. Mau minta bantuan siapa?
Di tengah hutan, tidak ada penjual bensin apalagi bengkel. Seingat saya menjumpai bengkel tuh tidak lama turun dari dermaga. Setelahnya tidak menjumpai bengkel lagi. Benar-benar masih belum ada apa-apanya. Masih seperti gambaran pulau pada umumnya. Hanya dihuni oleh penduduk asli pulau tersebut yang mayoritas merupakan suku Helong. Hutan dan hutan pemandangan sekitar.
Babi dan anjing berkeliaran bebas di sana. Karena mayoritas penduduk di sana pemeluk agama Nasrani. Tapi memang penduduk Kota Kupang khususnya dan Provinsi Nusa Tenggara Timur umumnya merupakan pemeluk agama Nasrani. Bahkan julukan Kota Kupang adalah Kota Kasih.
Muslim termasuk kelompok minoritas. Meski demikian toleransi antar kedua pemeluk agama sangat baik. Sehingga bisa hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Penduduk sekitar tidak merasa aneh melihat kedatangan saya yang notabene muslim berhijab. Apalagi di Pulau Semau ternyata ada satu desa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namanya Kampung Muslim Oeselaen, Desa Akle, Pulau Semau Selatan.
Semua kekhawatiran dan perasaan was-was yang awalnya menghinggapi hati saya sebelum berangkat, sirna seketika manakala menjejakkan kaki di Puskesmas Akle. Tenaga kesehatan yang saya kunjungi menceritakan bagaimana ramah dan baiknya masyarakat di sana. Sehingga ia merasa tidak berada di daerah yang jauh dan pulau terpencil. Sepertinya hanya beberapa kilometer saja dari rumah. Padahal nun jauh di NTT. Berbeda wilayah dari tempat asalnya di Bandung.
Saya pun merasakan hal serupa. Tidak merasa sedang berada di sebuah pulau. Apalagi setelah mengunjungi beberapa tempat menarik di sana. Pantai Otan, Pantai Uinian, Pantai Liman, Pantai Onambalu dan lain-lain. Dan tentu saja tak lupa untuk mengunjungi Desa Muslim Oeselaen.
Pantai Letbaun
Petualangan di Pulau Semau dimulai dengan mengunjungi Pantai Letbaun. Pantainya terlihat sangat biru sekali. Pasirnya juga sangat putih. Di sini saya melihat secara langsung budidaya rumput laut. Selain itu di sekitar pantai terdapat padang rumput yang menjadi tempat bermain dan tempat makan puluhan sapi. Wah, sungguh tak menyangka di pulau ini saya menemukan pemandangan yang indah sekali.
Di sini saya juga merasakan duduk-duduk di gubuk nelayan dan perahu nelayan yang sedang ditambatkan. Menikmati suasana pantai sambil membayangkan perjuangan para nelayan dalam mencari hasil laut. Siang hari terpanggang matahari, malam hari bergumul dengan hawa dingin dan gelap pekatnya alam.
Pantai Otan
Setelah puas menikmati keindahan Pantai Letbaun, perjalanan pun dilanjutkan untuk menuju Pantai Otan. Pantai di sini juga sangat indah sekali. Hamparan pasir putihnya sangat halus. Pantai di sini memiliki gradasi warna biru yang cerah. Benar-benar seperti lukisan keindahan yang terhampar di sini.
Pantai Otan salah satu objek wisata yang sudah tertata rapi. Di sana sudah tersedia beberapa penginapan dan saung serta tempat makan. Meski di sekitar pantai ini hampir sama dengan pemandangan di Pantai Letbaun. Berupa hamparan Padang rumput yang luas. Â Menikmati keindahan Pantai Otan membuat hati enggan beranjak. Apalagi ditemani segelas minuman dingin. Indah di mata adem di hati.
Kolam Penyu
Masih di desa Otan. Selain pantai ada tempat lain yang wajib dikunjungi. Namanya Kolam Ui'Simu atau Kolam Penyu. Sebuah kolam nan jernih di tengah hutan yang dikelilingi pepohonan.Â
Di sini kita bisa melihat penyu berenang ke sana kemari dengan jelas. Karena airnya jernih. Pemandangan alami yang jarang ditemui.
Pantai Uinian
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Uinian. Pantai ini berbeda dengan pantai sebelumnya yang saya kunjungi. Pantai Uinian memiliki keunikan tersendiri. Sebab memiliki dua sisi yang sama-sama menariknya. Yaitu hamparan pasir putih dan deretan batu karang.
Mendengar deburan ombak yang menghantam batu karang menjadi sensasi tersendiri. Pantai Unian memang dikelilingi tebing karang. Banyak pohon kelapa berjejer di sepanjang tebing. Oleh karenanya disebut Pantai Uinian yang berarti pantai kelapa.
Pantai Liman
Inilah Pantai Liman. Pantai yang memiliki fasilitas lengkap sebagai objek wisata. Di sini terdapat bukit indah yang namanya Bukit Liman. Oleh karenanya pantai di sini disebut Pantai Liman. Mengambil nama dari bukit yang ada di sekitar sana.
Di Pantai Liman pengunjung bisa menginap, sebab sudah ada beberapa cottage. Selain itu pengunjung juga tidak perlu bingung dengan urusan buang air kecil atau besar. Ada beberapa deret WC umum berjejer di sana.
Selain itu banyak warga yang berjualan. Sehingga tidak perlu bingung juga urusan makanan. Di Pantai Liman semua terasa mudah. Urusan pemandangan jelas tidak kalah menarik. Sangat indah indah sekali. Apalagi melihat pemandangan pantai dari atas bukit. Sempurna.
Usai menyaksikan sendiri bagaimana keindahan pantai di Pulau Semau, saya menjadi takjub dan bersyukur sekali bisa berkunjung ke sana. Ternyata tidak seseram yang saya bayangkan.
Meski akses menuju Pulau Semau memang masih sulit. Penerangan di sana juga masih minim. Fasilitas untuk masyarakat umum yang datang berkunjung belum tersedia. Sinyal juga masih sangat sulit.
Padahal jarak pulau tersebut dengan ibukota provinsi yakni Kota Kupang sangatlah dekat. Maka pantaslah jika saya sebut Pulau Semau Surga Tersembunyi di Barat Timor Kupang. Keindahan pantai di sana juara deh. Jadi kapan kalian akan mengunjungi Pulau Semau? (EP)
Note: Tulisan senada termuat juga dalam buku Antologi Mencintai Indonesia, Bertualang Menemukan Surga karya Saya dkk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H