Maka begitulah, dengan semangat '45 saya melaju dengan motor kesayangan di tengah deru dan debu Jakarta siang hari. Tanpa memperhitungkan segala sesuatunya. Artinya saya lupa kalau jalanan di Jakarta saat akhir pekan macetnya luar biasa sekali.
Benar saja. Saya terjebak kemacetan yang sangat parah. Parahnya, saya menolak makan siang usai tampil bersama sanggar gamelan. Alhasil perut saya meronta-ronta tak karuan. Saya berdoa dalam hati agar jangan kambuh asam lambung ini. Bisa repot.
Tak lama saya sudah mendekati lampu merah yang menuju arah Fatmawati. Ada secercah kebahagiaan di hati. Sebentar lagi saya akan tiba ditujuan. Artinya saya bisa segera bergabung dengan teman-teman KOMiK.
Ternyata tidak semulus itu perjalanan saya ke kompasianaval 2019. Ketika menunggu lampu hijau menyala, ada pengendara motor yang memberitahukan bahwa ban belakang motor saya sepertinya bocor.
"Hah! Apa iya?"
Saya langsung berdiri dan melongok ban belakang motor yang saya tunggangi. Benar saja. Bannya bocor. Ya, ampun ada-ada saja sih.
Saya pun segera turun dan menuntun motor ini untuk mencari bengkel terdekat. Saya tanya beberapa orang yang ditemui, jawabannya sama semua.
"Maaf, saya tidak tahu."
Saya terus menuntut motor sambil mencari tukang ojek pangkalan. Saya pikir mereka pasti tahu dimana bengkel terdekat. Benar saja. Abang dan bapak-bapak ojek pangkalan memberitahu letak bengkel motor terdekat.
"Lumayan jauh."
Tak apalah yang penting ada bengkel sepeda. Maka begitulah. Saya menuntun motor sampai tiba di bengkel yang dituju. Tiba di bengkel masih harus mengantri. Syukurnya disebelah bengkel ada warteg. Saya selamatkan lambung dulu daripada duduk manis di bengkel. Usai makan saya hendak membayar. Ternyata saya salah membawa dompet.