Hari ini begitu istimewa bagi saya. Bagaimana tidak? Karena hari ini saya menghabiskan waktu bersama teman-teman Kompasianer Tangerang Selatan Plus (Ketapels) yang luar biasa. Luar biasa dalam hal menulis dan menjaga kedisiplinan waktu.
Ceritanya hari ini, Sabtu 29 Oktober 2022 Ketapels Trip to Banten Lama. Acara yang tujuan utamanya menjaga kebersamaan dan keguyuban antar anggota dalam bentuk jalan-jalan. Jadi bukan jalan-jalan biasa.
Kenapa Banten Lama yang dijadikan tujuan jalan-jalan?
Pertama karena ingin melongok wajah baru Masjid Agung Banten Lama, yang setelah direvitalisasi kabarnya seperti suasana di Madinah. Kedua Pamantan (Kang Rifki) rupanya pernah solo trip ke sana. Ceritanya tentang beberapa tempat di Banten Lama membuat penasaran.
Jadilah dirancang acara untuk melakukan trip ke sana. Alhamdulillah rencana tersebut berjalan lancar dari awal sampai akhir. Meski anggota yang ikut belum maksimal. Setidaknya menghilangkan rasa penasaran (saya sih utamanya) dan terjalinnya kebersamaan.
Pamantan mengajak peserta untuk naik kereta api ke lokasi tujuan. Agar para peserta merasakan suasana perjalanan yang tak biasa. Karena kereta api lokal dulu dan sekarang kan jauh berbeda.Dilokasi tujuan para peserta juga diajak naik bentor (becak motor) untuk menuju lokasi lain yang sekiranya jauh. Selebihnya berjalan kaki saja. Namanya jalan-jalan.
Sedangkan saya seperti biasa, naik motor. Bukan tidak ingin bareng-bareng. Melainkan agar bisa tiba lebih dulu dan bisa menyambut teman-teman Ketapels di stasiun tujuan.
Meski ada tour guide yang menanti, tapi kan mereka belum saling kenal. Tour guidenya Kang Salam ditemani Nouval. Keduanya dari Komunitas Rumah Dunia di Serang. Komunitas yang didirikan oleh Duta Baca Indonesia, Gol A Gong dan sang istri Tias Tatanka.
Lanjut keperjalanan Ketapels. Saya berangkat dari rumah di Kreo, Tangerang pukul 06.00 WIB kurang dan tiba di Kota Serang Pukul 09.00 WIB. Kurang lebih 3 jam perjalanan tanpa jeda. Berhubung masih pagi maka saya eksplore Kota Serang dulu baru menuju stasiun Karangantu.
Setelah itu baru menuju stasiun Karangantu. Beberapa saat kemudian tour guidenya tiba, teman Ketapels pun tiba juga. Wah, saya merasa tak percaya (surprise sekali). Akhirnya bisa jumpa secara langsung dengan Kompasianer senior yang tulisannya keren abis.
Ada Mami Ulie, Buyang, Kang Didi, Mas Rushan, Pak Sutiono dan Kang Rifki. Empat nama terakhir sudah pernah bertemu. Nah, dua nama lainnya belum pernah. Hanya mengenal nama dan wajah lewat media sosial. Makanya surprise sekali.
Dari stasiun Karangantu rombongan diajak menuju lokasi pertama yaitu Vihara Avalokitesvara. Vihara yang membebaskan siapa saja untuk berkunjung. Tempatnya pun sangat luas. Dan dibagian belakang vihara tersedia fasilitas yang nyaman bagi pengunjung.
Bahkan saya dan rombongan bisa duduk santai sambil menyantap makanan. Kebetulan sudah waktunya makan siang. Sambil diberikan penjelasan tentang vihara tersebut oleh Koh Atay sang penjaga vihara.
Ternyata memang menarik sejarah terbentuknya vihara tersebut berikut kejadian-kejadian seru di dalamnya. Nantilah cerita tentang vihara akan saya bahas lagi secara khusus.
Dari vihara perjalanan selanjutnya menuju Benteng Speelwijk. Wah, cukup lama kita berada di sini.Â
Selain merasa seru dan terkesima karena dibawa masuk ke dalam banker bawah tanah. Reruntuhan Benteng Speelwijk pun sangat bagus untuk spot foto. Pokoknya menariklah.
Puas menikmati suasana di Benteng Speelwijk, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung Banten Lama. Namun sebelum menuju masjid, kita menuju reruntuhan Keraton Surosowan.
Weh, di sini pun kita semua terkesima dengan penjelasan tentang Keraton Surosowan. Melihat luasnya keraton dan sisa-sisa reruntuhan yang ada, terbayang betapa luasnya keraton tersebut.
Di sini kita pun puas berfoto ria. Setelahnya baru menuju masjid. Setelah sebelumnya istirahat sejenak di warung sekitar untuk makan dan minum.
Memasuki masjid masing-masing kita melaksanakan salat kemudian leyeh-leyeh di halaman masjid. Menikmati suasana masjid yang baru. Asik dan seru sih.Â
Awalnya ingin menghabiskan senja di sana. Tapi sayang waktunya. Karena ada tempat bersejarah lagi yang bisa dikunjungi.
Akhirnya diputuskan untuk mengunjungi Situs Danau Tasikardi dan Pengindelan Abang. Dua tempat yang ternyata sangat penting di masanya. Sebagai pusat pengairan sawah dan aliran air bersih ke keraton sampai vihara.
Kisah tentang Danau Tasikardi pun sangat menarik. Nanti akan saya ulas juga. Sayang hari sudah senja. Rombongan harus segera kembali ke stasiun agar tidak ketinggalan kereta.
Maka begitulah. Masih dengan menggunakan bentor, rombongan kembali ke stasiun untuk bersiap pulang ke Jakarta. Berhubung waktunya masih cukup, kita semua menyempatkan untuk makan malam terlebih dulu.
Soto Lamongan dan pecel lele menjadi pilihan kita semua. Usai dari sana baru menuju stasiun. Saya pun ikut serta ke stasiun. Menghantarkan mereka kembali sampai naik kereta.
Begitu kereta akan tiba dan penumpang diminta mempersiapkan diri untuk masuk. Barulah saya kembali melanjutkan perjalanan dengan motor kesayangan. Bukan kembali ke Jakarta. Melainkan menginap di Kota Serang.
Alhamdulillah pukul 21.00 WIB saya sudah bisa beristirahat di Kota Serang. Sambil berkomunikasi dengan teman Ketapels yang masih diperjalanan, saya abadikan perjalanan ini dalam bentuk tulisan.
Perjalanan yang sangat berkesan dan penuh arti. Artinya semangat para senior, baik senior dalam usia dan senior dalam menulis patut diacungi jempol. Patut ditiru.
Terima kasih semuanya. Selamat tiba kembali di rumah. Selamat beristirahat. Terima Kompasianer Riap Windu yang ikut serta dalam Ketapels Trip to Banten Lama.Â
Semoga acara ini memberi kesan di hati. Sampai jumpa dalam acara Ketapels berikutnya. Semoga. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H