Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alasan Beralih dari Bengkel Resmi ke Pinggir Jalan

7 September 2022   16:13 Diperbarui: 7 September 2022   16:20 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pengguna kendaraan bermotor untuk keseharian. Saya tidak asing dengan yang namanya service dan bengkel motor. Akhir pekan jika tidak ada acara biasanya nongkrong di bengkel.

Bengkel yang jadi pilihan saya tentu saja bengkel resmi, sesuai jenis kendaraan bermotor yang saya miliki. 

Pertimbangannya onderdil motor yang mesti diganti sudah pasti asli. Mekanik yang menangani servis motor tidak sembarang.

Itu dulu. Ya, dulu sekali. Sebelum ada kejadian yang membuat kecewa. Jadi saya pernah dibuat kecewa oleh bengkel resmi langganan. Selama ini saya percaya saja ketika ada yang harus diganti. Karena memang tidak paham soal urusan motor.

Suatu hari nominal biaya servis dan lain-lain yang saya keluarkan mencapai jutaan rupiah. Saya kaget. Tapi mau bagaimana lagi. Karena ada rincian di bonnya. Yang membuat kesal, tak lama keluar dari bengkel, motor yang saya naiki mati.

Saya panik dong. Lalu meminta tolong orang untuk bisa sampai ke bengkel semula. Begitu saya beritahu, mereka terlihat kaget. Motor saya segera ditangani lagi. Tapi masih sulit untuk menyala seperti biasa.

Aneh bukan? Padahal onderdil yang katanya sudah aus diganti semua. Baru dan asli. Ketika akhirnya motor saya menyala lagi, mereka katakan motor saya sudah harus diganti. Sudah tidak layak.

Kok lucu ya? Ada bengkel yang berkata demikian. Kalau memang motor saya sudah tidak layak. Lalu kenapa tadi onderdilnya diganti? Jujur saya kecewa. 

Beberapa hari kemudian motor saya tidak bisa menyala lagi. Terpaksa saya dorong ke bengkel pinggir jalan dekat rumah.

Setelah beberapa saat ditangani, motor saya bisa menyala lagi. Saya diberi beberapa penjelasan yang membuat saya merasa tenang dan geram dengan bengkel resmi langganan. Saya seperti ditipu demi target mereka.

Sejak saat itu saya beralih ke bengkel pinggir jalan. Motor saya tetap baik dan enak dikendarai. 

Menunggu di bengkel pinggir jalan (dokpri)
Menunggu di bengkel pinggir jalan (dokpri)

Akhirnya saya berkesimpulan bahwa bengkel resmi tidak berarti jaminan mutu. Bengkel pinggir jalan tidak berarti abal-abal. Tergantung yang menangani dan kejujuran yang dimiliki masing-masing pribadi. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun