Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Begini Rasanya Solo Riding di Kawasan Universitas Indonesia

2 Juni 2022   13:53 Diperbarui: 2 Juni 2022   14:08 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pagi di kawasan Universitas Indonesia (dokpri)

Libur nasional 1 Juni kali ini saya pergunakan untuk mengunjungi seorang teman di daerah Depok. Tepatnya di belakang Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.  Ia indekost di sekitar sana.

Teman saya ini sedang mengambil kelas bahasa di UI. Aslinya ia tinggal di Tuban. Sewaktu solo riding ke Surabaya, saya singgah di rumahnya. Itu terjadi tahun 2016. Berarti sudah 6 tahun kami tak bertemu.

Begitu ia mengabarkan sedang berada di Depok. Maka segera saya luangkan waktu untuk bertemu dengannya. Kesepakatan pun dicapai. Jadilah awal Juni yang merupakan hari libur nasional, Hari Lahirnya Pancasila menjadi waktu yang disepakati untuk pertemuan kami.

Seperti biasa, dari Tangerang saya mengendarai motor menuju UI, Depok. Jalur yang saya lalui Kreo, Universitas Budi Luhur, Cipulir terus sampai fly over Kebayoran Lama. Dari sana saya putar balik untuk menuju arah Lebak Bulus melalui Gandaria City, Pondok Indah Mall lalu belok kiri menuju Jalan TB. Simatupang.

Suasana jalan terlihat ramai lancar. Terutama setelah Jalan TB. Simatupang. Dari sana hanya lurus saja sampai saya bertemu tanda putar balik untuk menuju arah Lenteng Agung. Dari Jalan Raya Lenteng Agung sudah tidak jauh menuju UI, Depok.

Tapi berhubung saya tidak cepat-cepat mengambil lajur kanan untuk menuju UI, akhirnya terbawa arus sampai Margonda. Dari sana saya putar balik lagi untuk mencapai UI. Beberapa saat kemudian barulah saya  tiba di pintu gerbang menuju UI.

Nah, dari sinilah petualangan dimulai. Ini kali pertama saya ke UI naik motor sendirian hari libur pula. Sebelumnya selalu naik KRL dan beramai-ramai. Sudah gitu pakai kebablasan. Jadi ini pertama kali juga saya masuk UI lewat pintu ini.

Begitu memasuki pintu gerbang suasana terlihat sepi tidak ada kendaraan lain yang masuk. Saya ikuti saja jalanan di depan sana. Beberapa meter kemudian barulah melihat orang bersepeda, orang yang jalan kaki dan joging. Tempatnya memang terlihat adem dengan pepohonan di kanan kiri yang menaungi jalan. Memang asik untuk berolahraga. 

Tapi begitu orang-orang yang berolahraga tak terlihat. Suasana kembali tampak sepi. Tak terbayang kalau sore-sore atau malam hari melintasi jalan ini sendirian.

Tak lama saya tiba di Fakultas Teknik. Dari sana saya harus putar balik arah keluar, jalur yang tadi saya lalui. Tapi langsung ambil arah kiri mengikuti jalan sempit yang rupanya tembus ke perkampungan. Nah, di sekitar sinilah teman saya indekosnya. Saya tinggal mencari nama jalannya saja.

Di depan Fakultas Teknik (dokpri)
Di depan Fakultas Teknik (dokpri)

Begitu menjumpai alamat yang diberikan, langsung saya telepon si teman. Setelah itu ia keluar dari kost-kostan. Kami pun berpelukan saling melepas rindu ketika bertemu.

Kisah pertemuan kami akan saya ceritakan lain kesempatan. Saya akan melanjutkan kisah tentang petualangan mengendarai motor sendirian di sekitar UI. Nah, usai bertemu dengan si teman. Saya pun siap-siap untuk pulang lagi ke Tangerang.

Dari kost-kostan si teman, saya kembali masuk ke pintu kecil yang tembus lagi ke dalam lingkungan UI. Ternyata jalannya dibuat satu arah. Jadi saya mengambil jalur kiri untuk masuk ke dalam agar sampai ke pintu utama, tempat pertama saya masuk tadi dari arah Margonda.

Jalan kecil yang saya lalui dikelilingi pepohonan lebat. Jadi benar-benar seperti melintasi hutan. Hanya saja disebelah kanannya ada pagar besi.  Jadi semacam jalan setapak di tepi hutan.

Benar-benar sepi. Mungkin karena hari libur. Entah kalau hari biasa. Yang jelas saat saya melintasi jalan itu, tak ada followernya. Jadi benar-benar hanya sendirian melintasi jalan tersebut yang lumayan panjang.

Melintas di jalan seperti itu sendirian agak gimana juga rasanya. Walaupun di dalam lingkungan kampus tapi tak ada siapa-siapa sepi begitu. Rasanya was-was juga. Saya sampai komat-kamit merapal doa-doa yang dihapal.

"Ini mana ujungnya sih? Panjang juga jalannya," kata hati saya.

Saya terus memacu si Beatty agar cepat mencapai ujung jalan kecil ini. Begitu melihat jalan aspal dan pagar besi di sebelah kanan tak ada lagi. Saya merasa lega. Artinya saya sudah terlepas dari suasana mencekam di jalan setapak tadi.

Apalagi di seberang kanan jalan, warung yang saya lalui saat berangkat terlihat ramai. Sudah tak ada lagi rasa cemas di hati. Begitu tiba di pintu utama dan melihat tanda panah bertuliskan arah Jakarta ke kanan. Wah, saya bersorak dalam hati.

"Yeah, akhirnya."

Saya memacu di Beatty dengan perasaan tenang  dan hati riang. Siap menyusuri jalur Depok-Tangerang. Hari libur yang cukup berkesan. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun