Kisah pertemuan kami akan saya ceritakan lain kesempatan. Saya akan melanjutkan kisah tentang petualangan mengendarai motor sendirian di sekitar UI. Nah, usai bertemu dengan si teman. Saya pun siap-siap untuk pulang lagi ke Tangerang.
Dari kost-kostan si teman, saya kembali masuk ke pintu kecil yang tembus lagi ke dalam lingkungan UI. Ternyata jalannya dibuat satu arah. Jadi saya mengambil jalur kiri untuk masuk ke dalam agar sampai ke pintu utama, tempat pertama saya masuk tadi dari arah Margonda.
Jalan kecil yang saya lalui dikelilingi pepohonan lebat. Jadi benar-benar seperti melintasi hutan. Hanya saja disebelah kanannya ada pagar besi. Â Jadi semacam jalan setapak di tepi hutan.
Benar-benar sepi. Mungkin karena hari libur. Entah kalau hari biasa. Yang jelas saat saya melintasi jalan itu, tak ada followernya. Jadi benar-benar hanya sendirian melintasi jalan tersebut yang lumayan panjang.
Melintas di jalan seperti itu sendirian agak gimana juga rasanya. Walaupun di dalam lingkungan kampus tapi tak ada siapa-siapa sepi begitu. Rasanya was-was juga. Saya sampai komat-kamit merapal doa-doa yang dihapal.
"Ini mana ujungnya sih? Panjang juga jalannya," kata hati saya.
Saya terus memacu si Beatty agar cepat mencapai ujung jalan kecil ini. Begitu melihat jalan aspal dan pagar besi di sebelah kanan tak ada lagi. Saya merasa lega. Artinya saya sudah terlepas dari suasana mencekam di jalan setapak tadi.
Apalagi di seberang kanan jalan, warung yang saya lalui saat berangkat terlihat ramai. Sudah tak ada lagi rasa cemas di hati. Begitu tiba di pintu utama dan melihat tanda panah bertuliskan arah Jakarta ke kanan. Wah, saya bersorak dalam hati.
"Yeah, akhirnya."
Saya memacu di Beatty dengan perasaan tenang  dan hati riang. Siap menyusuri jalur Depok-Tangerang. Hari libur yang cukup berkesan. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H