Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

[47th Eben Haezer] Pengalaman Tersasar Saat Solo Riding Tangerang-Lembang

31 Mei 2022   16:41 Diperbarui: 31 Mei 2022   19:54 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya mengambil belokan pertama. Kok, begitu saya ikuti arahnya justru menuju Purwakarta. Putar baliklah saya untuk kemudian mengambil jalur yang belokan kedua. Dengan tulisan arah Kabupaten Bandung Barat.

Pikir saya dengan mengikuti jalur ini akan tembus arah Cimahi. Maka dengan percaya diri saya ikuti jalur tersebut.

Lagi-lagi sampai di tengah jalan saya kok merasa ragu. Karena jalan yang saya lalui sangat sepi. Kanan dan kiri jalan yang saya lalui berupa tanah lapang tak ada rumah penduduk. Kemudian berupa kebun jagung yang luas.

Wuduh, ini saya berada di mana? Hari sudah makin sore pula. Saya khawatir kemalaman di jalan. Saya tidak menggunakan maps khawatir baterai ponsel habis. Mau bertanya tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Artinya tak ada rumah atau warung yang bisa saya datangi.

Saya terus melaju sampai menemukan orang yang bisa ditanyai. Begitu melihat orang di jalan segera saya hentikan laju motor ini. Saya pun langsung bertanya tentang tujuan saya.

"Maaf Pak, kalau dari sini ke arah Lembang masih jauh tidak ya?"

"Oh, masih jauh sekali. Ini lurus saja mengikuti jalan ini. Nanti bertemu pertigaan belok kiri. Lurus lagi. Nah, nanti dari sana coba tanya lagi saja ya?"

Wah, saya merasa ada titik terang nih. Maka saya ikuti petunjuk bapak tersebut. Tapi kok jalur yang saya lalui masih berupa tegalan dan kebun jagung. Duh, semoga tidak ada apa-apa dengan motor saya. Repot. Jauh dari mana-mana.

Begitu menjumpai orang lagi, saya segera berhenti dan bertanya. Kemudian melanjutkan perjalanan begitu diberitahu arahnya. Masih dengan kondisi jalan yang sama.

Jujur saya merasa was-was khawatir kemalaman di jalan. Tak lama turun hujan. Waduh, semakin paniklah saya.

Saya segera mempercepat laju motor agar menemukan warung atau rumah penduduk untuk berteduh. Jalan yang saya lalui agak sempit dan menurun dengan kanan kiri pohon bambu. Tak terbayangkan sebelumnya akan menemui jalan seperti ini dalam kondisi hujan pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun