Hari ini tiga tahun yang lalu tepatnya 31 Mei 2019, bersama motor kesayangan, saya menikmati sinar mentari pagi dan sejuknya hawa daerah Lembang, Bandung.
Ini bukan kali pertama saya ke Bandung dengan mengendarai sepeda motor. Namun ini pertama kalinya solo riding ke sana dan dalam suasana bulan puasa. Tentu saja menjadi momen istimewa bagi saya.
Kala itu memang sudah ada dalam perencanaan keluarga untuk merayakan lebaran di Bandung. Rencananya malam takbiran kami baru akan berangkat dengan mengendarai mobil.
Namun beberapa hari sebelumnya saya mendapat undangan, untuk menghadiri acara syukuran 44 tahun  Yayasan Rumah Orang Tua Tuna Netra Eben Haezer di Lembang. Undangan yang patut saya hargai.
Sebab yang mengundang keluarga pendiri dan pemiliknya langsung yakni Oma Stella Satyadi. Selain itu saya memang selalu mengagumi orang-orang yang memiliki kepedulian sosial tinggi. Oleh karenanya saya sambut dengan gembira undangan tersebut.
Untuk itu sedikit mengubah rencana perjalanan keluarga ke Bandung. Jika awalnya ingin berangkat semua pada malam takbiran. Namun demi menghadiri undangan tersebut. Maka saya putuskan berangkat terlebih dulu mengendarai motor.
Awalnya ditentang keluarga. Begitu saya jelaskan semua akhirnya mereka mengerti. Maka begitulah. Saya tanggal 30 Mei 2019 pagi meluncur lebih dulu ke Bandung  dengan mengendarai sepeda motor.
Jalur yang saya pilih Kreo (daerah tempat tinggal) menuju Parung-Bogor-Puncak-Ciawi. Berhubung sudah pernah ke Bandung melalui jalur tersebut, maka perjalanan saya lancar jaya sampai dengan Padalarang-Cianjur.
Nah, usai dari Cianjur hendak ke Cimahi barulah saya merasa liyer alias bingung. Sebab biasanya lurus saja menuju Cimahi, ini ada petugas yang menjaga di pertigaan menuju Purwakarta.
Laju kendaraan diminta memutar dengan mengambil arah kiri terlebih dulu. Saya pun mengikuti arahan tersebut. Namun di tengah-tengah saya sempat bingung. Setelah belok kiri saya bingung belok ke mana lagi. Sebab ada tiga belokan lagi.