Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Agen BRILink Ibarat Oase di Tempat Mudik yang Terisolasi

24 Mei 2022   12:16 Diperbarui: 24 Mei 2022   12:20 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana menunggu masuk ke kapal (dokpri)

Walaupun saat mudik akan banyak kita jumpai posko-posko kesehatan. Namun alangkah baiknya jika kita mempersiapkan sendiri juga. Agar saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa mengatasinya terlebih dulu.

Itulah beberapa persiapan yang saya lakukan sebelum berangkat mudik.

Lalu bagaimana dengan perjalanan mudik saya selanjutnya? Wah, banyak hal-hal menarik dan tak terduga yang saya temui selama perjalanan ke Lampung.

Pertama masalah jalan-jalan yang dilalui. Jika 4 tahun yang lalu saya seperti melakukan off road akibat jalanan yang hampir keseluruhannya berlubang. Mudik lebaran kali ini jalanan mulus nyaris tanpa ada lubang.

Dengan demikian perjalanan bermotor saya lancar jaya tanpa ada halangan berarti. Hanya saja saya harus menggunakan kecepatan maksimal yang tidak biasa. Semua demi menghindari kemalaman di jalan.

Jalanan yang saya lalui (dokpri)
Jalanan yang saya lalui (dokpri)

Semenjak dibangun jalan tol lintas Sumatera, jalan nasional Sumatera sudah jarang dilintasi oleh mobil-mobil pribadi maupun bus antar kota. Sehingga jalanan terlihat lengang. Tak banyak saya jumpai toko kelontong dan bengkel yang biasanya berjajar di pinggir jalan.

Saya bersyukur sudah mempersiapkan perbekalan dari rumah. Sehingga bisa berhenti sewaktu-waktu ketika merasakan haus atau lapar. Inilah asiknya mudik dengan kendaraan pribadi. Baik itu kendaraan roda dua atau roda empat.

Tiba di tempat tujuan ada perasaan haru yang menyelusup di kalbu kala disambut penuh suka cita oleh keluarga di sana. Dalam kesederhanaan ada kehangatan yang terasakan di sela kebersamaan.

Bulik, panggilan untuk adik ibu yang perempuan bahkan menitikkan air mata. Dikiranya saya tidak ingin mengunjungi mereka lagi. Karena sudah lama tidak ke sana. Saya katakan karena pandemi jadi tidak bisa kemana-mana.

Kebersamaan di rumahh Bulik (dokpri)
Kebersamaan di rumahh Bulik (dokpri)

Untuk urusan silaturahim tentu saya senang berkunjung dari tempat saudara yang satu ke saudara yang lain. Meski sejujurnya ada ketidaknyamanan dalam urusan transaksi keuangan, saat berkunjung ke rumah saudara di daerah yang jauh dari mana-mana.

Bagaimana tidak? ATM sulit dijumpai. Bank hanya tertentu saja. Itu pun tidak buka saat lebaran. Jadi harus membawa uang tunai yang cukup. Itu hal yang saya rasakan setiap kali berkunjung ke rumah Bulik di Lampung. Dulu. Ya, itu dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun