Tak berapa lama tibalah saya di depan halaman Rumah Puisi Taufik Ismail. Saya langsung masuk dan mengisi buku tamu yang disediakan. Saya terpana begitu melihat buku-buku yang berjajar rapi di dalam rak. Ruang baca yang juga tertata rapi. Baik yang menggunakan meja kursi maupun yang lesehan.
Saya langsung melihat-lihat bagian dalam rumah tersebut. Tak lama saya sudah tenggelam dalam buku bacaan yang saya pilih. Dari kaca jendela saya melihat beberapa orang yang datang dan berfoto dengan latar Rumah Puisi Taufik Ismail.
Kemudian ada beberapa pelajar yang melongok malu-malu ke arah dalam. Mereka terlihat ragu.
"Masuk saja. Petugasnya sedang ke belakang," kata saya.
"Bayar tidak Kak?" tanya salah satu dari mereka.
"Oh, tidak. Bebas dan gratis kok. Kalian tinggal isi buku tamu saja."
Tak lama mereka saling dorong satu sama lain menyuruh kawannya supaya masuk terlebih dulu. Saya senyum-senyum saja melihat tingkah mereka.
Tak terasa hari sudah menjelang senja. Saya harus kembali ke Kota Bukittinggi. Rumah Puisi Taufik Ismail pun akan ditutup. Untuk buka kembali esok harinya.Â
Di sini pengunjung bisa membaca buku sesuka hati. Selain itu bisa juga mengadakan acara di sana. Tentu saja dengan perjanjian terlebih dulu.
Sayang saya hanya pelancong yang singgah dan terpikat dengan tempat tersebut. Kalau saja saya tinggal di sana sudah pasti akan senantiasa mengunjungi tempat tersebut. Kalau perlu mengadakan acara dengan teman-teman komunitas.Â
Karena tempatnya asik dan menarik.
Bagi teman-teman yang melakukan perjalanan ke daerah sana. Jangan lupa untuk menyinggahi tempat ini. Sayang jika dilewatkan begitu saja.