Hari kedua lebaran jalur PJR-Simpang Sribawono tidak terlalu ramai oleh kendaraan roda empat. Hanya kendaraan roda dua yang banyak dijumpai. Itu pun jaraknya berjauhan. Meliuk-liuk di jalan aspal menghindari jalan berlubang atau aspal yang tak rata. Rasanya cukup menegangkan. Khawatir terjatuh atau slip.
Tapi begitu  melintasi hutan karet. Wah, ada rasa yang tak terucap. Seperti membelah hutan menembus awan. Menakjubkan. Ya, saya merasa takjub sendiri. Tak percaya. Saya dan motor yang dikendarai bisa sampai di sini lagi.
Lagi? Ya, tahun 2015 saya pernah mengendarai sepeda motor ke sini. Saat itu kondisi jalannya tak seperti sekarang. Masih rusak parah dan berlubang. Lubangnya besar pula. Mana saat itu usai hujan. Jadi jalanan seperti kubangan kerbau.
Sebelumya, sekitar tahun 1995 saya melintasi hutan karet ini juga. Dan menggunakan sepeda onthel. Dengan demikian jalur ini memiliki kisah tersendiri bagi saya. Tegang, haru dan takjub berbaur jadi satu. Mewarnai cerita mudik saya kali ini. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H