Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mari Jelajah Museum Penerangan

29 Maret 2022   19:27 Diperbarui: 29 Maret 2022   20:11 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Replika penghargaan untuk pekerja seni (by jejakdara.blogspot)

Museum. Apa yang terlintas dipikiran begitu mendengar kata Museum? 

Beragam. Ya, bermacam-macam pendapat yang terlontar. Dulu sewaktu masih mengajar di sekolah, anak-anak murid tidak terlalu tertarik saat akan diadakan acara jalan-jalan ke museum.

"Jangan ke museum, Bu. Seram."

"Tidak menarik."

"Apa yang dilihat."

Butuh story telling yang bagus dan terus-menerus untuk membuat mereka tertarik jalan-jalan ke museum. Pada waktu itu anak-anak jadi tertarik dan antusias. Entah kini. Setidaknya saya sudah mengedukasi mereka.

Begitu juga ketika saya menjadi pemandu wisata di  sebuah sekolah. Memandu anak-anak melihat beberapa museum di Jakarta. Selama diperjalanan mereka bertanya segala hal tentang museum yang akan dikunjungi.

"Ada apa saja di sana, Bu?"

"Kita boleh turun ke bawah tanah?

"Seram enggak, Bu?"

Seram dan mau lihat apa di museum opini yang banyak terlontar. Saya tidak menyalahkan mereka. Mungkin tidak pernah diajak jalan-jalan ke museum oleh keluarganya. Mungkin juga kurang membaca tentang apa dan bagaimana museum. Sehingga benar-benar tidak tahu apa-apa tentang museum.

Hanya mengetahui artinya saja. Bahwa museum adalah tempat menyimpan benda-benda bersejarah. Mendengar kata sejarah langsung terbayang masa lalu. Hal-hal yang sifatnya kuno. Padahal tidak begitu.

Bagi saya museum tempat yang sangat menarik. Bisa melihat barang-barang masa lampau berikut sejarahnya sungguh sesuatu sekali. Sejujurnya keluarga saya tidak pernah mengajak anak-anaknya jalan-jalan ke museum. Namun saya kerap membaca tentang museum melalui buku dan majalah. Dari situ saya tertarik untuk mengunjungi museum.

Nah, salah satu museum yang kerap saya kunjungi adalah Museum Penerangan (Muspen). Berlokasi di area Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur. 

Akhir pekan kemarin saya berkunjung lagi ke sana. Kali ini bersama teman-teman KOMiK Kompasiana dalam rangka Nobar dan Diskusi Film Nasional Pertama.

Ada Apa di Museum Penerangan?

Berkunjung ke Muspen Penerangan banyak hal yang bisa kita lihat. Terutama hal-hal yang berkaitan dengan teknologi informatika. Mulai dari informasi tentang sejarah persurat kabaran di Indonesia. Sejarah RRI dan TVRI. Juga tentang sejarah perfilman Indonesia.

Bagian dari Museum Penerangan (by jejakdara.blogspot)
Bagian dari Museum Penerangan (by jejakdara.blogspot)

Tak hanya itu saja, di Muspen kita juga bisa melihat benda-benda bersejarah terkait teknologi informatika. Ada radio yang digunakan dalam masa penjajahan Belanda, mesin ketik dalam tulisan Jawa dan masih banyak lagi.

Bagi yang ingin bernostalgia dengan tokoh-tokoh si Unyil, bisa melongok studio mininya. Di sana kita bisa melihat boneka si Unyil dan teman-temannya. Si Unyil salah satu tontonan legendaris. Selalu dinanti oleh para pemirsa setia TVRI. 

Hampir semua tokoh di dalamnya terkenal dan dikenal oleh pemirsa. Karena memiliki karakter yang khas. Seperti pak Ogah yang cirinya botak dan selalu minta uang cepek jika dimintai tolong. Jargon cepek dulu sangat akrab di telinga kita sampai sekarang.

Tokoh pak Raden dengan ciri kumis yang tebal pun sangat akrab di telinga pemirsa. Sampai sekarang jika melihat orang dengan kumis tebal maka secara spontan disebut mirip kumis pak Raden. 

Itulah kenangan yang terus melekat terkait si Unyil. Meski sudah tidak tayang lagi di televisi tapi tetap abadi di hati pemirsa.

Picture by jejakdara.blogspot
Picture by jejakdara.blogspot

Selanjutnya bagian yang menarik perhatian saya adalah sepeda motor bapak Adam Malik.  Juga logo TVRI dari masa ke masa.

Saya pribadi sangat tertarik melihat tokoh-tokoh penerangan yang terpampang di dinding museum. Menteri penerangan dari masa ke masa yang juga terpampang di dinding museum.

Replika penghargaan untuk pekerja seni (by jejakdara.blogspot)
Replika penghargaan untuk pekerja seni (by jejakdara.blogspot)

Replika berbagai penghargaan atau piala bagi pekerja seni. Seperti piala Citra, piala Vidya dan lain-lain. Ini sudut paling menarik buat saya. Selama ini kan hanya melihat dari telivisi atau majalah. Nah, di sana bisa melihat langsung meski hanya replika.

Selain itu ada studio mini atau ruang teater yang sangat hommy. Di ruang tersebut acara yang saya ikuti berlangsung.

Akses Menuju Museum Penerangan

Bagi yang memiliki kendaraan pribadi sih mudah saja ya? Tinggal nyalakan map. Nah, bagi yang tidak memiliki kendaraan sendiri jangan bingung. Tinggal pesan grab car atau go car saja.

Eh, jangan khawatir. Bisa naik bus Transjakarta juga kok. Turun saja di halte Pinang Ranti. Dari sana tinggal menyambung naik angkot kecil yang menuju TMII. Selanjutnya turun di depan pintu TMII yang dikehendaki. Bisa pintu utama, pintu 3 atau pintu 2.

Jam Buka Museum Penerangan

Hari: Senin-Minggu
Waktu: pukul 09.00 WIB-15.00 WIB
Tiket: Gratis

Bagaimana? Jadi kapan berkunjung ke Museum Penerangan?(EP)

Note:

Tulisan senada ada di sini 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun