Bersenandung merupakan aktivitas ringan yang menyenangkan. Biasanya dilakukan oleh orang-orang zaman dulu sambil melakukan aktivitas sehari-hari.Â
Saat memasak, menyapu halaman, mencuci pakaian, bersih-bersih rumah bahkan ketika menidurkan anak dalam gendongan.
Untuk aktivitas terakhir, apakah masih relevan bersenandung  untuk menidurkan anak di zaman sekarang ini? Mengingat pengasuhan anak zaman sekarang lebih banyak dilakukan oleh baby sister.Â
Berbeda jika pengasuhan anak diserahkan kepada nenek dan kakeknya yang notabene masih orang dulu. Pasti si anak masih merasakan hal tersebut.
Saya pribadi masih senang bersenandung untuk anak-anak, baik yang masih digendongan maupun yang sudah besar. Sebagai orang Jawa tentu lagu-lagu berbahasa Jawa yang lebih dominan. Misalnya saja lagu lir Ilir dan Suwe Ora Jamu.Â
Selain itu saya juga menyenandungkan lagu-lagu keroncong, lagu daerah lain, serta lagu-lagu nasional seperti Indonesia Pusaka dan Tanah Airku.
Bahkan lagu-lagu Didi Kempot yang cocok untuk anak-anak pun saya bawakan. Seperti lagu Bapak. Tak ketinggalan tentu saja lagu anak-anak itu sendiri. Seperti Ambilkan Bulan Bu, Lihat Kebunku dan masih banyak lagi.
Saya masih suka bersenandung untuk anak-anak karena merasakan sekali manfaatnya. Dulu sewaktu saya masih kecil bahkan sampai SD kelas 5, almarhum bapak sering bersenandung untuk saya dan adik-adik saat hendak tidur.
Biasanya disertai dengan cerita tentang latar lagu yang dibawakan oleh bapak.
Sebab saya SD sudah mulai bertanya tentang sesuatu yang ingin saya ketahui.Â
Contohnya lagu keroncong Bengawan Solo. Bapak akan bercerita tentang sungai Bengawan Solo dan tentang Gesang sang pencipta lagu tersebut. Jadi saya tak hanya terlena kemudian tertidur mendengar bapak bersenandung.
Manfaat yang saya dapatkan ternyata banyak sekali dari kebiasaan bapak bersenandung tersebut. Diantaranya saya lebih dulu tahu tentang sungai Bengawan Solo dibandingkan teman-teman lain. Juga tentang pencipta lagu Bengawan Solo. Pengetahuan yang mungkin belum dipelajari di sekolah.
Selain itu jiwa nasionalisme saya pun tergugah. Dikarenakan lagu-lagu nasional yang bapak bawakan. Apa yang tersirat dari lagu nasional tersebut. Bagaimana lagu tersebut diciptakan. Semua bapak ceritakan. Sehingga kami sedikit banyak mengetahui tentang perjuangan bangsa Indonesia dahulunya.
Pokoknya terasa sekali manfaatnya. Oleh karena itu saya praktikkan pada anak-anak. Hasilnya? Untuk anak-anak usia balita jadi menambah kosa katanya. Meski tidak otomatis pintar bersenandung. Setidaknya sangat membantu dalam proses belajar bicara.
"Bisa pakai musik dari ponsel kok. Ngapain capek-capek nyanyi."
Ada yang berpendapat demikian. Memang bisa. Di era digital sekarang apapun bisa dilakukan. Namun tetap saja beda. Jika bersenandung sendiri, ada kontak mata langsung dengan si anak. Ada kehangatan yang dirasakan oleh si anak  melalui belaian dan sentuhan yang diberikan. Serta tentu saja ada kedekatan hati diantara keduanya.
Jadi bagaimana? Masihkah relevan bersenandung untuk menidurkan anak di zaman now? Tentu saja masih. Apalagi manfaatnya banyak. Mari bersenandung. (EP)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI