Sepulang dari menghadiri undangan, saya dikejutkan dengan pesan di grup WA keluarga. Salah satu keponakan saya demam yang suhunya mencapai 40 derajat lebih. Badannya menggigil dan wajahnya merah kehitaman. Sudah diberi obat penurun panas tapi tidak ada pengaruhnya.
Saya pun segera meluncur ke rumahnya. Adik saya sudah panik karena ini anak semata wayangnya. Meski sudah berusia 20 tahun, tetap saja panik. Namanya juga anak.
Kami segera membawa si keponakan ke rumah sakit. Tiba di rumah sakit langsung menuju ruang IGD. Sebab sudah larut malam. Dalam kondisi seperti sekarang ini rumah sakit selalu penuh. Banyak pasien yang datang berobat. Sehingga kami mesti menunggu beberapa saat sebelum ditangani.
Tak berapa lama keponakan saya ditangani oleh petugas di sana. Setelah diperiksa dan diberikan penjelasan, keponakan saya tidak harus dirawat inap. Cukup minum obat yang diberikan. Tunggu hasilnya. Jika sampai 3 hari tidak turun juga baru kembali lagi untuk tes darah dan lain-lain.
Lega rasanya sudah ditangani dan mendapatkan obat. Setidaknya saya bisa tidur nyenyak malam ini. Sebelumnya sempat tidur menjelang pagi terus karena adik saya yang satunya sakit juga. Batuk, pilek dan demam tinggi. Ditambah si adik ada sakit lambung. Jadi ekstra hati-hati memberinya obat dan makanan.
Selanjutnya saya kembali ke rumah. Beristirahat sambil sesekali mengecek pesan di grup keluarga. Esok paginya saya dikejutkan kembali dengan pesan yang sama. Keponakan sakit. Kali ini keponakan yang masih berusia 3 tahun. Karena dekatnya dengan saya, maka sayalah yang dipanggil-panggil.
Saya pun segera meluncur ke sana. Si keponakan langsung minta gendong dan tidak mau dilepas. Badannya panas sekali. Suhunya mencapai 39 derajat lebih. Harus segera dibawa ke rumah sakit juga. Karena tidak mau minum obat.
Maka begitulah, si keponakan dibawa ke rumah sakit. Kali ini rumah sakitnya lebih penuh dari kemarin. Si keponakan mendapatkan penanganan di ruang tunggu. Diberikan obat melalui anus. Setelahnya kami masih harus menunggu untuk menebus obat lainnya.
Cukup lama kami menunggu. Karena memang benar-benar penuh pasiennya. Setelah menebus obat dan kembali pulang, si keponakan sudah mulai turun suhu tubuhnya. Sudah tidak rewel lagi. Saya pun bisa pulang ke rumah dengan tenang.
Esok harinya gantian adik saya dan istrinya yang sakit. Dengan gejala yang sama juga. Demam tinggi dan badan sakit semua. Saya segera meluncur ke rumahnya untuk melihat kondisi mereka. Saya suruh mereka untuk segera berobat. Anak-anaknya saya yang menjaga.
Sepulang dari dokter, mereka disarankan untuk istirahat selama dua hari di rumah. Tentu saja anak-anak harus dijauhkan agar tidak tertular. Tugas saya yang sehat untuk menjaga mereka.
Untuk memastikan apakah terpapar covid-19 atau bukan, kami melakukan tes juga. Hasilnya negatif. Jadi memang demam, batuk dan flu seperti umumnya akibat kelelahan dan perubahan cuaca.
Lalu bagaimana dengan saya sendiri? Bagaimana saya menjaga diri? Sebagai anak tertua dan kondisi fisik yang lebih sehat dibandingkan dengan adik-adik, maka jika ada apa-apa dengan mereka, saya yang dimintai tolong.
Dalam kondisi seperti ini, saya selalu berjaga-jaga supaya tidak tumbang juga. Kalaupun memang harus tumbang juga setidaknya tidak terlalu parah. Caranya:
1 . Selalu membawa camilan dan minuman di dalam tas
Selain masker dan hand sanitizer, saya selalu membawa camilan berupa biskuit, roti, air mineral dan susu kotak. Gunanya untuk berjaga-jaga ketika harus menunggu lama dan tidak ada tempat untuk membeli makanan. Dengan stok makanan di dalam tas, perut kita terjaga dari telat makan. Hal tersebut yang memicu sakit lambung. Saya tidak ingin hal tersebut terjadi. Selain itu ketika membawa anak kecil bisa menjadi pengalihan agar mereka tidak rewel.
2 . Menyiapkan tablet vitamin C
Jika biasanya permen menjadi pilihan untuk menghilangkan asam di mulut atau penghilang rasa kantuk. Maka saya memilih tablet vitamin C sebagai pengganti permen. Selain bisa menghilangkan kantuk juga sebagai penjaga stamina tubuh.
3 . Membawa tolak angin sachet
Terkadang ketika kita berada di ruang tunggu, posisinya kurang enak. Dekat kipas angin atau dekat jendela yang anginnya kencang. Nah, biasanya leher terasa kaku nih. Sebelum terlanjut biasanya saya langsung menenggak tolak angin sachet. Sejauh ini sangat membantu kondisi saya sehingga tidak terlalu nge-drop.
4 . Banyak mengkonsumsi buah-buahan di rumah
Setelah tiba di rumah saya lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan jika sedang dikelilingi oleh orang sakit. Setidaknya buah-buahan tersebut sebagai sumber vitamin tubuh selain yang berupa tablet.
5 . Perbanyak minum air hangat dan minuman herbal
Saya juga lebih memilih minuman hangat daripada minuman dingin dalam kondisi seperti ini. Selain itu saya juga minum-minuman herbal seperti wedang jahe atau wedang uwuh. Keduanya dipercaya sebagai penjaga stamina tubuh.
6 . Tidak tidur larut malam
Dalam kondisi lelah terkadang kita justru tidak bisa langsung tertidur. Nah, meski tidak mengantuk. Saya upayakan pukul 22.00 sudah mulai rebahan mengistirahatkan tubuh. Nanti lama-lama juga akan tertidur. Hal tersebut untuk berjaga-jaga juga jika sewaktu-waktu mendapat kabar tak terduga. Jika sudah tidur nyenyak walau hanya 1-2 jam, tubuh terasa segar saat bangun.
7 . Hindari goreng-gorengan
Mengantar orang sakit, menunggu di rumah sakit paling umum dibelikan gorengan sebagai camilan. Saya sebisa mungkin menghindari gorengan. Khawatir kondisi tidak fit, berada di tempat yang banyak virus, memakan gorengan bisa memicu radang tenggorokan. Oleh karenanya lebih memilih camilan yang lain.
8Â . Selalu mengganti pakaian yang digunakan keluar rumah
Tak hanya dari rumah sakit. Ketika usai berbelanja pun semua yang saya kenakan langsung masuk keranjang kotor. Jadi tidak ada istilah cuma dipakai sebentar kok. Lalu digantung untuk dikenakan lagi. Bagi saya, yang namanya sudah dari luar pasti terkena debu dan asap rokok atau kendaraan. Dan kita tidak tahu apa yang dibawa oleh debu yang melekat tersebut. Makanya harus diganti bukannya digantung untuk dipakai nanti lagi.
Demikian pengalaman saya dalam menjaga stamina tubuh di tengah keluarga yang sakit dan harus bolak-balik ke rumah sakit. Semoga bermanfaat. (EP)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI