Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Puskesmas Masih Jadi Favorit Masyarakat Saat Memeriksakan Kesehatan

6 Februari 2022   06:24 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:34 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puskesman masih jadi pilihan untuk tempat berobat.| Dokumentasi pribadi

Pusat Kesehatan Masyarakat yang biasa disebut puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih menjadi favorit masyarakat dalam memeriksakan kesehatan.

Kedudukannya yang berada di wilayah kabupaten/kota memang cukup menjangkau masyarakat. Tujuannya pun memang untuk mengupayakan kesehatan masyarakat sekitar seoptimal mungkin.

Sebelum klinik-klinik kesehatan bermunculan, puskesmas tempat yang dituju masyarakat jika mengalami sakit atau berurusan dengan kesehatan. Sejauh apapun jaraknya dari rumah tetap ditempuh. Pokoknya berobat saja dulu.

Saya kecil pun demikian. Ketika flu tidak sembuh-sembuh dibawa ke puskesmas. Sakit perut atau diare pergi ke puskesmas. Sakit gigi pun demikian. Bahkan sampai sekarang tetap puskesmas dulu yang dituju oleh keluarga saya.

Jadi saya dan keluarga tidak asing dengan yang namanya puskesmas. Meski klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit swasta mulai banyak dijumpai. Tetap saja puskesmas jadi tujuan utama. Mungkin karena sudah familiar dan terbiasa. Karena memang kehadiran puskesmas sudah ada sekitar tahun 1969-an.

Saya belum lahir sih. Setidaknya saya kecil sudah mengenal puskesmas. Sampai sekarang. Jadi ke klinik atau rumah sakit jika kondisi sakitnya sore atau malam hari atau memang dirujuk ke sana. Sebab puskesmas hanya melayani pendaftaran sampai siang hari saja. Itu pun dibatasi tiap polinya.

Berdasarkan pengalaman saya ketika memeriksakan kesehatan gigi. Sebelum ada BPJS Kesehatan ya? Setelahnya saya malah belum pernah berobat lagi. 

Jadi dulu itu saya harus datang pagi-pagi sekali sebelum puskesmas buka. Untuk mengambil nomor pendaftaran poli gigi. Di pintu masuk sudah disediakan buku kecil semacam buku absensi.

Kami yang datang langsung menulis nama dan poli yang dituju. Begitu puskesmas-nya buka, petugas bagian pendaftaran langsung mengambil buku tersebut dan memanggil kami sesuai nomor urut. Setelah di data, kami yang nomor urutnya lebih awal langsung duduk di ruang tunggu.

Jika nomor urutnya jauh alias agak siang dipanggilnya. Maka pulang dulu ke rumah. Baru nanti kembali lagi. Setelah kembali pun belum tentu langsung dipanggil. Masih harus menunggu lagi. Alasannya si dokternya baru datang. Jadi memang harus sabar berobat di puskesmas. Dulu sih. Entah sekarang? Semoga sudah tidak lagi.

Jika ada yang tidak sabar dan marah-marah atas lambatnya pelayanan. Beragam komentar pun bermunculan.

"Namanya juga berobat di puskesmas. Ya harus sabar."

"Kalau mau cepat ya ke rumah sakit."

"Cari yang murah tapi enggak mau antre. Bagaimana sih?"

Dan masih banyak lagi komentar yang terlontar. Ketidakpuasan tidak sampai di situ saja. Ketika masuk ke ruang pemeriksaan dan hanya hitungan menit. Ada saja komentar yang terlontar.

"Gitu doang? Padahal saya kan pengin tanya segala macam tentang sakit yang dirasakan. Benar-benar tidak cocok dengan waktu menunggunya yang berjam-jam."

Saya senyum-senyum saya memperhatikan tingkah pola orang-orang yang berobat tersebut. Sejujurnya saya pun sama tak sabar. Tapi mau bagaimana lagi.

Ada banyak alasan yang membuat masyarakat lebih condong berobat ke puskesmas:

1 . Biaya berobatnya relatif terjangkau.

Tidak dipungkiri bahwa biaya menjadi kendala utama masyarakat dalam berobat. Biaya berobat di puskesmas lebih terjangkau dibandingkan dengan di rumah sakit atau klinik sekalipun.

2 . Jaraknya lebih dekat

Bagi orang yang sakit urusan jarak menjadi pertimbangan juga. Kalau jauh apalagi harus terjebak macet. Lebih baik memilih yang dekat-dekat saja.

3 . Semacam sugesti

"Kayaknya kalau belum ke puskesmas belum sembuh dah."

Ada loh sebagian orang yang memiliki sugesti semacam itu. Termasuk adik saya. Padahal ketika sudah berobat belum tentu obatnya diminum.

4 . Merasa cocok dengan dokternya

Kalau ini saya mengalami sendiri. Saya ke puskesmas itu lebih ke pemeriksaan gigi sih. Mungkin karena sejak SD ada diwajibkan untuk memeriksakan gigi. Jadi keterusan. 

Nah, dokter giginya tuh asik. Enak saja konsultasi gigi dengannya. Saya sampai minta alamatnya. Jadi setelah si dokter tidak bertugas di sana lagi. Saya bisa berobat ke rumahnya langsung. Tentu saja mengikuti prosedur praktek gigi di rumahnya.

5 . Tempat meminta rujukan

Sebagian besar masyarakat yang memiliki riwayat penyakit khusus seperti jantung dan ginjal. Biasanya berobat di rumah sakit besar. Nah, untuk itu mereka membawa berkas berisi rujukan yang mintanya di puskesmas.

6 . Fleksibel

Biasanya mereka yang aktivitasnya berdagang atau mengantar jemput anak sekolah. Bisa mengatur nomor antrean. Jika dapat nomor awal tapi bisanya agak siang. Bisa tukaran dengan yang lain. Tentu saja sesuai kesepakatan. 

Biasanya banyak yang mau dapat nomor awal. Kalau saya kebalikan. Lebih suka terakhir. Jadi bisa konsultasi lama dengan dokternya. Kan tidak ada yang menunggu di belakang saya.

Berdasarkan pengalaman pribadi, keluarga ,dan teman-teman. Puskesmas menjadi akses berobat kita yang pertama. Meski kadang dicaci, dimaki. Tetap saja kalau sakit yang dicari adalah puskesmas.

"Ayo, segera bawa ke puskesmas"

Padahal di sebelah rumahnya lo ada rumah sakit.

"Ke puskesmas aja dulu. Nanti kalau dirujuk ke rumah sakit baru ke sana."

Begitulah pengalaman saya, keluarga dan teman-teman terkait puskesmas Bagaimana dengan teman-teman? (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun