Jadi relawan? Siapa takut? Asik kok. Ada yang bilang relawan itu sama dengan perbudakan. Duh, ya enggak segitunya kali.
Memang sih kita tidak dibayar. Malah kadang mengeluarkan uang pribadi. Tapi kan sudah kesepakatan diawal.
Jadi tidak ada yang merasa dirugikan. Semua dilakukan dengan ikhlas dan hati riang gembira. Hal tersebut sih yang saya rasakan.
Saya pernah beberapa kali menjadi relawan. Mulai dari aksi menanam pohon, bersih-bersih fasilitas publik, sampai mengikuti kelas inspirasi.
Semua yang dilakukan tidak mendapatkan upah. Justru menggunakan uang pribadi demi kelancaran kegiatan. Juga tenaga serta waktu kita.
Seharusnya libur kerja digunakan untuk istirahat. Eh, malah melakukan aksi sosial. Capek dong.
Iyalah, capek. Masa enggak. Manusiawi.Â
Namun rasa capek dan letih tersebut hilang seketika manakala aksi yang kita lakukan memberi manfaat bagi orang lain.
Itulah upah yang kita terima. Kepuasan batin. Saya rasa hal tersebut lebih-lebih dari upah materi yang diterima.
Meski demikian perlu diperhatikan juga hal-hal berikut sebelum memutuskan untuk menjadi relawan. Agar tidak ada kesalahpahaman dan saling menyalahkan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
1 . Sesuaikan dengan minat dan kemampuan diri atas kegiatan kerelawanan yang diikuti.
2 . Jangan terpaksa atau tidak enak hati karena diajak oleh teman.
3 . Jangan untuk gaya-gayaan
4 . Beritahu keluarga atas keterlibatan kita dalam sebuah aksi sosial
5 . Siapkan mental atas segala kemungkinan buruk yang mungkin menimpa.
Jika sudah menerapkan hal tersebut dalam diri. Niscaya keterlibatan kita sebagai relawan akan membawa kebaikan. Untuk diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat luas. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H