Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Belum ke Jakarta Kalau Belum ke Monas, Memang Ada Apa di Monas?

23 Juni 2021   15:41 Diperbarui: 26 Juni 2021   03:40 2650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Belum ke Jakarta kalau belum ke Monas."

Ungkapan tersebut rupanya sangat diingat betul oleh orang-orang, terutama yang berasal dari daerah. Maka ketika ada kawan dari daerah yang berkunjung ke Jakarta, pasti minta diantar jalan-jalan ke Monas.

Alhasil saya memiliki banyak foto dengan latar Tugu Monas. Karena kerap mengantar kawan atau sedulur yang dari daerah.

"Mumpung di Jakarta. Selama ini cuma melihat Monas dari televisi."

Memang benar. Kapan lagi? Belum tentu mereka bisa datang lagi ke Jakarta. Saya pun dengan senang hati menemani mereka yang ingin tahu tentang Monas. Walaupun saya sudah tak terhitung mengunjungi Monas.

Meski saya ber-KTP Kota Tangerang tapi sejak kecil sampai bekerja beraktivitasnya di Jakarta. Pertama hijrah ke Jakarta tinggalnya di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan.

Saya saat mengajak keponakan bersepeda dari Tangerang ke Monas (dokpri)
Saya saat mengajak keponakan bersepeda dari Tangerang ke Monas (dokpri)

Beberapa tahun kemudian baru melipir ke pinggiran Jakarta yang masuknya ke wilayah Kota Tangerang. Tinggal di daerah perbatasan yang lebih dekat ke arah Jakarta membuat saya kecil bersekolahnya di Jakarta. Terus sampai bekerja.

Jadi kalau bicara Monas, entah sudah berapa kali saya ke Monas? Sejak SD sudah study tour ke Monas. Sewaktu mengajar membawa anak-anak ke Monas juga. Belum lagi membawa keluarga sendiri ke Monas. Sedulur dan kawan-kawan dari daerah. Serta acara komunitas. Pokoknya tak terhitung deh. Namun tak pernah bosan berkunjung ke Monas.

Memang apa istimewanya Monas?

Apa sih istimewanya Monas? Sampai sebegitu inginnya orang berkunjung ke Monas? 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Saya pribadi sih gumun alias kagum. Ada kebanggaan bisa berdiri dengan latar Tugu Monas yang menjulang kokoh dengan lidah api yang dilapisi emas. 

Meski sudah sering ke Monas, tapi selalu saja senang berfoto dengan latar Tugu Monas. Beda momen, beda suasana, beda pula yang dirasakan. 

Perasaan saya ketika pertama kali melihat Monas tentu berbeda dengan perasaan saya ketika mengajak anak murid ke sana.

Begitu pula ketika mengajak kawan mengunjungi Monas. Tentu berbeda rasanya dibanding ketika mengunjungi Monas bersama kekasih.

Jadi bagi saya Tugu Monas tak hanya menarik tapi juga menyimpan banyak kenangan. 

Lalu apa sih yang ada di Monas? Apa yang bisa kita lihat di Monas?

Kalau ini tergantung niat. Jika niatnya hanya ingin duduk-duduk saja sambil menikmati suasana Jakarta. Maka tak akan mendapatkan apa-apa. 

Padahal kalau ingin menjelajah Monas bisa mendapat pengetahuan dan wawasan. Tak hanya kenangan semata. Tak percaya? Yuk kita menjelajah Monas.

Jadi bagi yang belum tahu, Monas itu singkatan dari Monumen Nasional. Dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961 atas prakarsa Presiden Soekarno. Tapi baru dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Jadi sekitar 14 tahun setelah dibangun baru bisa dinikmati oleh khalayak ramai.

Monumen Nasional memiliki tinggi 137 meter dengan ujung tugu berupa lidah api yang dilapisi emas. Monumen ini dilapisi marmer Italia. Arsitek untuk desain dan konstruksi Monas adalah Frederick Silaban dan R M Soedarsono. Tugu Monas berdiri megah di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Di depannya ada kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro. 

Untuk memasuki Tugu Monas harus melalui terowongan yang berada dekat patung Pangeran Diponegoro. Di ujung terowongan terdapat loket masuk. Dari sini pengunjung naik lagi ke permukaan tanah di pelataran Tugu Monas. Selanjutnya pengunjung bisa berkeliling untuk melihat relief sejarah atau langsung naik menuju ruang kemerdekaan atau naik lift menuju puncak Monas.

Ruang kemerdekaan berada di bagian cawan monumen. Di ruangan inilah naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disimpan dalam ruang kaca yang diberi gerbang berlapis emas.

Sedangkan untuk mencapai pelataran puncak Monas, pengunjung harus menaiki lift yang kapasitasnya hanya untuk 11 orang sekali angkut. Jadi harus antri jika ingin sampai ke pelataran puncak. 

Pelataran puncak Monas sih bisa menampung sekitar 50 orang. Dari sini kita bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari berbagai penjuru. Jika cuaca cerah bisa melihat Gunung Salak  di arah Selatan. 

Menariknya lagi, keseluruhan bentuk Tugu Monas merupakan pelestarian dari tanggal kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu 17-8-1945. Hal tersebut dapat diketahui dari data-data yang menyebutkan bahwa tinggi pelataran cawan dari dasar adalah 17 meter. Tinggi antara ruang museum ke dasar cawan adalah 8 meter. Sedangkan luas pelataran berukuran 45 x 45 meter. 

Untuk diketahui juga bahwa emas yang melapisi obor api di puncak Monas merupakan sumbangan dari Teuku Markam. Pengusaha Aceh yang merupakan orang terkaya di Indonesia pada masanya. 

Menarik bukan? Ternyata Tugu Monas yang berdiri gagah di pusat Kota Jakarta tersebut memiliki keunikan dan sejarah yang tak sembarang. 

Jadi bagaimana? Sudahkah Anda berkunjung ke Monas? Jangan mengaku orang Jakarta kalau belum pernah ke Monas. Jangan bilang sudah pernah ke Jakarta kalau belum singgah ke Monas. (EP)

Sumber: Dokumen pribadi dan Wikipedia Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun