Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Becik Ketitik ala Ketara, Nasihat untuk Senantiasa Berbuat Baik

9 Juni 2021   16:08 Diperbarui: 9 Juni 2021   16:14 2001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara tentang peribahasa, saya jadi teringat bagaimana orang tua kami dulu dalam memberi nasihat. Selalu menyelipkan peribahasa saat menasihati. Termasuk ketika marah terhadap kami.

Karena kami berasal dari suku Jawa dan sehari-hari masih menggunakan bahasa Jawa meski sudah tinggal di Jakarta. Maka peribahasa yang digunakan oleh orang tua adalah peribahasa Jawa. Artinya peribahasa dalam bahasa Jawa.

Bapak saya termasuk orang yang tegas. Jadi urusan menasihati anak bapaklah yang paling sering. Terutama urusan berbuat baik. Wah, bisa panjang kali lebar. Duduk berhadapan dengan bapak berarti siap-siap mendengar segala petuah.

"Perbuatan baik itu akan selalu dikenang. Perbuatan buruk ditutup serapat apapun nantinya akan ketahuan juga. Jadi hati-hati dalam bertindak. Becik ketitik, ala ketara."

Semacam itulah cara bapak dalam memberikan nasihat. Bahkan ketika ngaru-ngarui orang. Maksudnya mengomentari perbuatan anak tetangga yang menurut bapak tidak baik. 

"Kacang ora ninggal lanjaran. Kebiasaan anak selalu meniru dari orang tuanya."

Menurut bapak, si anak tetangga yang kelakuannya tidak baik tersebut bisa dilihat bagaimana orang tuanya. Karena anak hanya meniru apa yang dilakukan orang tuanya. 

Dahulu sih saya hanya iya, iya saja manakala dinasihati. Namanya juga anak-anak. Semakin bertambah besar barulah bisa memahami maksud dan petuah yang bapak berikan.

Seiring bertambahnya usia, berdiskusi dengan bapak menjadi bagian dari keseharian saya saat berada di rumah. Tak jarang ketika saya akan bepergian ke luar kota, sehari sebelumnya berdiskusi dulu dengan bapak tentang banyak hal. Dalam diskusi tersebut tak lupa bapak menyelipkan nasihatnya.

"Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap daerah punya aturan dan adat istiadat yang berbeda. Jadi hati-hati kalau sedang berada di kampung orang."

Mengingat hal tersebut saya jadi rindu dengan bapak. Ternyata nasihat semacam itu sangat bermanfaat dan lekat dalam ingatan. Sebab ada selipan peribahasanya. Nah, peribahasa inilah yang justru jadi pengingat diri. Saya pikir dulu itu bisa-bisanya bapak. Ternyata memang ada peribahasa seperti itu dalam bahasa Jawa. Dasar saya. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun