"Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku. Saat ku harus bersabar dan terus bersabar. " (Zivilia-Aishiteru)
Lirik lagu di atas memang benar adanya. Menunggu itu sesuatu yang menyebalkan. Apalagi sampai berjam-jam. Hal tersebut kerap saya alami ketika bepergian menggunakan pesawat.
Pesawat yang saya tumpangi delay hingga beberapa jam. Bahkan pernah mengalami delay sampai 3 jam. Awal-awal sempat kesal jika mengalami delay. Apalagi jika stok buku yang dibawa sudah selesai dibaca semua. Bikin bete.
Namun mau bagaimana lagi? Marah-marah dan kesal tak akan mengubah keadaan juga. Jadi harus pandai-pandainya kita menyikapi kondisi semacam itu. Berdamai dengan keadaan. Hal itu yang sebaiknya dilakukan.
Akhirnya saya tumpahkan semua kekesalan hati dengan menulis. Saya curahkan semua lewat tulisan. Seperti menulis diary. Bedanya sekarang menggunakan note di ponsel. Biasanya setelah semua kekesalan hati tercurah. Perasaan menjadi lebih plong. Lebih lega.Â
Jika sudah merasa lega maka pada saat melihat orang-orang di sekeliling yang bernasib sama, suka muncul ide tak terduga. Saya langsung mencatat ide tersebut atau kejadian yang dilihat. Setelah tiba di rumah ide-ide tersebut barulah dikembangkan menjadi sebuah cerita pendek.Â
Jika sedang muncul sisi romantis dari dalam diri saya, bisalah menulis puisi singkat dari kondisi menunggu semacam itu. Biar pun tak seindah pujangga, setidaknya bisalah. Berikut ini sebuah puisi yang saya tulis saat menunggu di bandara.
Bandara Cinta
Sore itu
Suasana begitu ramai
Terminal kedatangan penuh sesak orang
Kuayun langkah berbaur dengan kerumunan itu
Menatap tajam pintu di hadapanku
Mengamati satu per satu orang yang datang
Dalam kerumunan
Tampak wajah-wajah gelisah
Begitu juga dengan diriku
Ada kecemasan di sela waktuku menunggu
Ada getaran dalam tiap hembusan nafasku
Semua itu bukan hal biasa bagiku
Sebab yang kutunggu itu kamu
Kamu yang kunanti sekian lama
Jika saja ada yang bisa kuubah
Maka detik itu juga akan kuubah nama bandara ini
Bukan lagi bandara Soetta
Melainkan bandara cinta
Meski tak seindah karya pujangga, tapi cukup membantu saya dalam mengolah rasa yang terasakan dalam kondisi tertekan seperti itu. Dengan demikian waktu menunggu yang sampai berjam-jam tak akan terasa. Tahu-tahu sudah ada panggilan untuk segera masuk ke pesawat.Â
Kalau sudah asik dengan ide-ide yang muncul rasanya ingin secepatnya tiba di tujuan. Agar bisa mengeksekusi ide tersebut. Inilah salah satu kebiasaan saya dalam mengolah rasa. Bagaimana dengan Anda? (EP)Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI