Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Buku Cerita Rakyat, Tak Lekang oleh Zaman Tetap Disukai Anak-anak

15 Mei 2021   09:16 Diperbarui: 15 Mei 2021   09:25 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara buku anak-anak sebenarnya  banyak yang saya sukai. Ada buku Tini, Deni Manusia Ikan, Buku Seri Cerita Rakyat, buku dongeng karya HC Andersen dan masih banyak lagi. 

Namun kalau ditanya yang paling favorit. Saya paling senang membaca buku Seri Cerita Rakyat. Ya, ampun. Kalau teringat masa kanak-kanak dan kegemaran saya membaca. Jadi terkekeh sendiri.

"Kok sampai segitunya ya gue."

Jadi dulu itu kalau sudah membaca buku suka lupa segalanya. Bahkan dipanggil oleh ibu pun tak mendengar. Makanya suka dilempari sesuatu biar kaget. Biasanya memang jadi kaget. Baru deh sadar.

"Eh, iya Bu. Kenapa? Ada apa?"

Karena saking asiknya. Saya saat membaca buku sambil membayangkan suasana yang ada dalam buku tersebut. Kemudian mengkhayal untuk bisa ke sana suatu saat nanti.

Untuk buku dalam negeri seri cerita rakyat itulah yang paling menarik. Sedangkan untuk buku luar negeri karya HC Andersen yang disukai. Rasanya untuk karya HC Andersen hampir semua anak-anak menyukainya. Terutama cerita tentang Putri Duyung. Itu cerita yang sangat legend sampai sekarang.

Buat saya buku seri cerita rakyat tak hanya buku cerita semata. Namun ada unsur seni budaya dan ilmu pengetahuannya. Jadi saat membaca buku tersebut banyak hal yang kita dapatkan. Wawasan. Itu yang utama.

Sebagai anak kecil yang masih dalam proses belajar dan tinggi rasa ingin tahunya. Buku seri cerita rakyat sangat menarik perhatian saya. Di perpustakaan SD pun saya kerap mendekam di sana. Artinya asik tenggelam dalam buku yang dibaca. Sampai tidak mendengar bel tanda masuk kelas. Petugas perpustakaan yang kerap mengingatkan. 

Apakah berarti saya kutu buku? Tidak juga. Di sekolah saya aktif berkegiatan dan senang bermain dengan anak-anak di lapangan. Ketika tidak ada kegiatan. Biasanya musim hujan tuh. Kami tidak bisa bermain di lapangan. Kebanyakan duduk-duduk di kelas sambil bercerita. 

Nah, saya lebih senang melipir ke perpustakaan ketimbang kumpul-kumpul ngerumpi begitu. Melahap buku-buku di perpustakaan.

Buat saya buku adalah harta karun. Oleh karenanya saya simpan baik-baik buku-buku tersebut. Termasuk buku bacaan masa kecil. Bisa dibilang buku anak-anak yang saya miliki ini termasuk barang langka dan kuno. Sebab sudah berusia puluhan tahun.

Ketika saya mengajar buku-buku tersebut kerap saya bawa dan dipinjamkan ke anak-anak. Untuk wawasan mereka dan sebagai upaya mengenalkan anak-anak pada buku serta gemar membaca.

Alhamdulillah mereka suka. Bahkan ada yang jadi rajin ke perpustakaan dan pergi ke toko buku mengajak orangtuanya. Mencari seri berikutnya dan membeli buku yang lebih bagus. Meski ada juga sih yang tidak tertarik membaca  buku. 

Buku saya sudah buluk. Namanya buku kuno. Biarpun begitu saya tetap sayang dengan buku-buku tersebut. Buku kenangan masa kecil yang masih tersisa. Selebihnya tak kembali ketika dipinjamkan ke anak-anak. Namanya juga anak-anak.

Saya pun tak lupa membacakan buku cerita rakyat tersebut kepada anak-anak di rumah. Ternyata mereka suka juga. Jadi memang buku cerita rakyat tak lekang oleh zaman dan disukai oleh anak-anak. Bagaimana dengan teman-teman? Apa nih buku anak-anak yang paling disukai? (EP

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun