Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Banjir NTT] Firasat Tengah Malam

7 April 2021   14:09 Diperbarui: 11 April 2021   21:32 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai beristirahat, sore harinya diajak mengelilingi daerah sekitar. Surprisenya lagi, saya dipinjamkan motor agar bisa merasakan naik motor di sini. Wah, ini impian saya sebagai seorang pemotor. Meski sebentar tapi sangat berkesan. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan. 

Maka ketika Minggu 4 April dini hari itu teringat mereka. Ingin rasanya menelpon atau sekadar mengirim pesan untuk menanyakan kabar di sana. Namun urung saya lakukan. Sebab masih pukul 00.30 wib. Tentu bukan waktu yang tepat untuk menanyakan kabar. Saya tunggu sampai besok pagi saja baru menghubungi mereka.

Berhubung sudah riweh dengan segala urusan. Sepanjang hari itu saya nyaris tak menyentuh ponsel. Begitu agak santai barulah saya cek pesan masuk di ponsel. Alangkah terkejutnya hati ini saat banyak pesan masuk yang menanyakan kabar saya. Apakah saya masih di Kupang? Bagaimana kondisi saya?

Saya memang usai mengunggah foto dengan latar pantai di daerah sana. Mungkin ada yang mengira saya sedang berada di NTT. Hastag Pray for NTT memenuhi pesan di WhatsApp Grup. Saya langsung melihat berita dan terhenyak karenanya. 

"Ya Tuhan."

Dengan segera saya menanyakan kabar mereka yang di Kupang. Untuk yang di Pulau Semau sudah tidak bisa dihubungi. Cuaca cerah saja di sana susah sinyal. Apalagi seperti ini.

"Hancur Kak jalan-jalan yang kakak lalui dulu Ba." 

Begitu pesan yang saya terima. Saya langsung lemas. Segalanya terasakan di hati ini. Terbayang bagaimana suasana di sana saat itu. Apalagi setelah dikirimi  video kondisi lingkungan sekitar  rumah mereka. Terbayang kembali saat saya duduk di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi hangat.

Teras rumah tour guide saat saya di sana dan saat terkena badai (dokpri)
Teras rumah tour guide saat saya di sana dan saat terkena badai (dokpri)
Di sinilah rasa persaudaraan itu tergugah. Terhadap mereka yang tak kenal saja kita turut bersedih atas musibah yang menimpa. Apalagi yang sudah kenal dan berinteraksi. Makin terasa empati tersebut. 

Dukungan dan doa terus saya berikan sepol kemampuan. Begitulah yang seharusnya dilakukan. Saling berkabar dan memberikan support. Karena pada dasarnya kita semua adalah saudara sebangsa setanah air.  

Ketika pesan terakhir mengabarkan bahwa mereka sudah baik-baik saja. Lega rasanya. Demikian juga dengan saudara-saudara lain di sana yang terkena musibah. Semoga diberikan kesabaran, kekuatan dan kesehatan senantiasa. Aamiin. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun