Seharusnya pengendara motor dan mobil menghargai para pengendara sepeda. Memberi ruang dan gerak yang cukup bagi pesepeda. Terutama di daerah yang tak memiliki jalur khusus sepeda. Sayangnya tidak semua pengendara bisa bersikap demikian.
Yang terjadi malah jalur pesepeda di serobot bahkan ditutup. Lha, terus kita mau lewat mana? Kita tegur, eh malah galakan dia.
"Sepeda nih nambah-nambahin macet aja. Sudah tahu jalanan rame malah naik sepeda."
"Enak saja sepeda bikin macet. Situ tuh yang bikin macet. Bikin polusi juga. Bersepeda justru untuk mengurangi polusi."
Weh, kalau mengikuti emosi penginnya dilawan ketemu pengendara yang seperti itu. Tapi janganlah. Sudah biarkan saja. Tak perlu ditanggapi. Yang penting kita sudah berjalan di tempat yang benar dan mengikuti aturan yang ada.
Mengalah saja. Kalau jalur sepeda tak bisa dilewati, sepedanya kita tuntun saja di trotoar. Tak usah menyalip sana sini. Apalagi di sela-sela mobil yang melaju. Khawatirnya pengendara mobil tersebut tidak melihat kita. Bisa bahaya.
Melaju saja di pinggir. Jika ingin menyebrang sebaiknya di jalur penyeberangan bersama pejalan kaki lainnya. Tuntun saja sepedanya. Kemudian melaju lagi di sebelah pinggir jalan. Nikmati kayuhan demi kayuhan sambil memperhatikan jalan-jalan yang dilalui.
Kapan sampainya kalau begitu?
Lho, namanya mengendarai sepeda ya jangan ingin cepat-cepat sampai. Apalagi buru-buru seperti dikejar hantu. Santai saja. Berangkat lebih awal dan atur waktu tempuh dengan kecepatan santai. Sehingga kalaupun ikut terjebak kemacetan lalu lintas, kita bisa tetap santai tidak panik karena khawatir terlambat.Â
Selain itu kita juga tidak terlalu capai saat tiba di tujuan. Berbeda jika mengendarai sepedanya ngebut dan nyalip sana sini. Ngos-ngosan iya. Berkeringat sudah pasti.
Namanya bersepeda ya seperti itu. Biar sehat.