Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Dari Perbedaan Selera Musik, Kita Belajar Toleransi

9 Maret 2021   06:24 Diperbarui: 9 Maret 2021   06:29 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluarga memang pembentuk karakter utama seorang anak. Apa yang diajarkan oleh orang tua, apa yang terjadi dalam keluarga akan berpengaruh pada perilaku anak di kemudian hari. Itulah kenapa ibu disebut sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknyaHal tersebut saya rasakan betul setelah besar. Meski pada awalnya apa yang dikatakan ibu, nasihat yang ibu berikan seperti memenjarakan kami. Mengekang kebebasan kami yang saat itu masih disebut ABG alias Anak Baru Gede.

Salah satunya soal selera musik. Saat itu jenis musik kesukaan saya adalah yang musiknya menghentak-hentak. Yang bisa membuat kita jadi lebih bersemangat dan berenergi kala mendengarkan musik tersebut. Contohnya lagu-lagu milik grup band Bon Jovi. 

Dalam benak saya saat itu semakin keras musik yang diputar maka semakin bersemangat melakukan segala sesuatunya. Mungkin hampir semua remaja memiliki pemikiran yang sama ya? Makanya kalau memutar musik tuh pasti kencang sekali. Seperti orang hajatan kata ibu saya.

Nah, terkait hal tersebut ibu melarang saya memutar musik keras-keras. Selain mengganggu tetangga, belum tentu juga mereka suka dan paham dengan musik yang kita putar. Jadi nikmati sendiri sependengaranmu. Kecuali tidak ada orang lain. Itu pun jangan sampai terdengar tetangga. Begitu nasihat ibu.

"Jangankan tetangga, ibu juga pusing mendengar musik begitu. Apalagi bapakmu."

Meski awalnya tidak bisa menerima nasihat tersebut. Namanya ABG, tahulah seperti apa rasanya jika dilarang-larang. Namun setelah melalui perdebatan dan musyawarah, saya pun bisa berdamai dengan keadaan. Apalagi orang tua pada dasarnya tidak melarang.

Akhirnya tanpa aturan tertulis dan baku, ketika semua anggota keluarga di rumah saja. Musik yang mengalun di rumah bergantian secara otomatis. Jika ibu yang memutar musik maka lagu-lagu nostalgia yang terdengar. Seperti lagu Teluk Bayur, Semalam di Cianjur dan lain-lain.

Setelahnya bapak yang gantian memutar musik. Selera bapak lain lagi. Bapak saya penikmat lagu-lagu nasional seperti Maju Tak Gentar, Indonesia Pusaka dan lain-lain. Bapak juga menyukai lagu-lagu keroncong seperti Bandung Selatan di Waktu Malam, Aryati dan lain-lain. Serta lagu-lagu campur sari.

Biasanya ibu dan bapak sambil menceritakan kisah di balik lagu-lagu tersebut. Walaupun sambil lalu berceritanya tetap terekam dalam ingatan saya. Selanjutnya giliran adik saya yang memutar musik kesukaannya. Yaitu lagu-lagu India. Orang tua tidak melarang karena itu kan masalah selera. Paling kami jadi saling ledek.

"Siap-siap ambil selendang dan muter-muter nih."

Ketika tiba giliran saya yang memutar musik kena ledek juga.

"Wah, kalo ini siap-siap jejingkrakan dan teriak-teriak."

Pada akhirnya kami bisa menghargai selera musik masing-masing. Terbiasa dengan berbagai jenis aliran musik. Termasuk ketika musik dangdut mewarnai suasana rumah kami.

Adalah ibu yang tiba-tiba menyukai lagu dangdut, terutama lagunya Ike Nurjanah. 

"Masih terngiang di telingaku. Bisik cintamu."

Kami semua tidak masalah. Paling hanya senyum-senyum saja. Kalaupun saling ledek masih dalam taraf guyon atau bercanda. Kami belajar toleransi dan menghargai privacy dari hal sepele seperti ini. Dari selera musik yang berbeda. 

Pada kenyataannya perbedaan itu memang selalu ada. Sekalipun kita dilahirkan dari rahim yang sama, tinggal di tempat yang sama serta dibesarkan bersama-sama. Ketika sudah bisa saling menghargai seperti ini. Ke depannya akan dengan mudah menerima perbedaan. 

Saya bahkan menjadi penikmat segala jenis musik. Karena ternyata jika kita cermati secara positif, kesemuanya itu memiliki keindahan dan keunikan masing-masing. 

Musik adalah karya seni yang diciptakan dari hati. Jadikan musik pemersatu hati. Jangan untuk memecah belah hati.

"Selamat Hari Musik Nasional 2021."

(EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun