Kenangan. Seperti apapun kisahnya akan selalu indah untuk dikenang. Salah satu kenangan yang tak akan saya lupakan adalah saat mengajar Play Grup tahun 2004.
17 tahun silam. Tahun kedua dan menjadi tahun terakhir saya berinteraksi dengan anak-anak sebagai guru play grup. Setelahnya saya lebih memilih mengajar les  private sampai sekarang.
Sungguh bukan hal mudah membimbing anak-anak di usia keemasan seperti itu. Saya bersyukur mendapat kesempatan mengajar mereka selama dua tahun. Sehingga tanpa disadari menjadi bekal saat mengajar les private.
Sebab masih direntang usia yang sama murid-murid les saya tersebut. Â Usia play grup hingga Sekolah Dasar. Usia yang tak hanya butuh bimbingan secara teori tapi juga dengan hati. Â Â
Meski hanya murid yang notabene anak orang lain. Tapi haruslah dengan hati saat mengajar dan membimbing mereka. Sehingga proses belajar mengajarnya dalam suasana menyenangkan.
"Guru itu cuma dua, satu membuat siswa menangis ketika datang. Satu lagi membuat siswa menangis ketika pergi."
Saya bersyukur bisa menjadi guru yang kedua. Yang ditangisi anak murid ketika pergi. Saya bahkan sempat merasa tak enak hati ketika ada murid yang minta ikut ke rumah begitu saya usai mengajar di rumahnya.
"Aku mau ikut Bu Erni. Bu Erni enggak boleh pulang," teriak si anak murid sambil memegangi tangan saya.
Duh, saya jadi tak tega melihatnya. Karena tak bisa dibujuk, akhirnya saya minta ijin pada orang tuanya untuk mengajak serta si anak murid ke rumah. Nanti setelah tenang barulah dijemput atau saya antar kembali.Â
"Nanti merepotkan ibu," ujar si orang tua murid.
Saya tersenyum. Tentu tidak merepotkan. Karena ini risiko dari pekerjaan saya sebagai guru les privat. Kedekatan kami bisa seperti orang tua terhadap anak. Atau terhadap teman bagi yang usianya sudah besar.
Tidak perlu memarahi anak yang sikapnya demikian. Dengan pengertian dan nasihat yang kita berikan, tentu lambat laun sikapnya akan berubah. Tidak manja dan bisa membedakan kapan saatnya belajar dan kapan saatnya bermain bersama saya.
Karena sesungguhnya anak-anak usia play grup dan Sekolah Dasar masih sangat butuh perhatian kita. Terutama bagi mereka yang kedua orang tuanya bekerja. Wajar jika ia kemudian merasa nyaman bersama orang yang dekat dengannya.Â
Sebagai guru sudah menjadi tugas saya untuk memberi nasihat kepada anak murid yang hubungan dengan kedua orang tuanya agak renggang. Saya pun terhadap orang tua murid kerap bertukar pikiran mengenai permasalahan si anak. Sehingga sama-sama mengetahui apa yang mesti dan tidak lagi dilakukan terhadap si anak.
Dengan demikian hubungan kami setelah tidak mengajar si anak pun tetap terjaga dengan baik. Bahkan ketika si anak sudah dewasa dan bekerja.
Saya terharu pada saat ada anak murid yang sudah tinggal di luar kota, begitu datang ke Jakarta menemui saya kemudian mengajak jalan-jalan sambil melepas rindu .Â
Bukan masalah jalan-jalan dan makan-makan nya. Namun waktu yang ia luangkan untuk mengajak saya, itulah bentuk penghargaan dan perhatiannya yang tidak bisa dinilai oleh apapun.
"Aku beruntung sekali bisa diajar dan dibimbing oleh Bu Erni. Kalau tidak, belum tentu aku jadi seperti yang sekarang ini Bu," ujar seorang murid.
Sungguh, hal yang paling membahagiakan bagi seorang guru adalah ketika murid yang dibimbingnya berhasil meraih impiannya. Serta lebih berhasil dari si guru itu sendiri. Artinya apa yang diajarkan tidak sia-sia. Kini hubungan saya dan anak murid layaknya kawan baik. Seru sekali bisa seru-seruan dengan anak murid. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H