Salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke suatu daerah adalah wisata kuliner atau mencicipi jajanan di daerah tersebut.
Hal itulah yang saya lakukan ketika berkunjung ke Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur pada pertengahan Desember lalu. Berhubung kunjungan ini terkait pekerjaan, maka jadwal yang saya terima sudah padat merayap alias penuh.Â
"Kalau begitu kapan kulinernya?"
Nah, bingung juga sebenarnya. Waktu untuk kuliner secara khusus sudah tidak ada. Tapi sudah di sini masa iya tidak icip-icip makanan atau jajanan tradisionalnys.Â
Akhirnya saya putuskan untuk mencari jajanan tradisional saja. Lokasi yang saya tuju adalah bekas kantor bupati Kupang yang terkenal dengan jajanan air matanya alias JAM.
Saya hampiri gerobak penjual jajanan tradisional. Ada berbagai jajanan tersaji dalam gerobak tersebut. Kita tinggal pilih dan tunjuk saja.Â
Berhubung saya kepoan alias ingin tahu maka saya tanya satu per satu nama jajanan tersebut. Sebagian besar hampir sama dengan jajanan di Pulau Jawa.Â
Karena saya suka yang unik dan beda. Maka saya pilih jajanan dengan nama yang tak biasa alias unik. Jajanan yang saya pilih adalah kue abu dan nasi unti.
Weh, seperti apa penampakannya? Penasaran dong.Â
"Kak, beli kue abu dan nasi untinya ya? Berapaan kak satu kuenya?" tanya saya pada si penjual kue.
"Oh, tidak dijual satuan kak. Tiga buah kue harganya 5 ribu."
"Oh, gitu. Baiklah. Kalau begitu kue abunya 5 ribu. Nasi untinya 5 ribu juga," kata saya.
Setelah tiba di penginapan barulah saya cicipi jajanan tersebut. Enam buah kue dengan ukuran cukup besar dan tekstur kue yang padat, cukup membuat perut saya dan seorang kawan kenyang.
ÂBagaimana tidak? Kue abunya berbahan dasar tepung beras. Nasi untinya ternyata ketan kukus yang di atasnya diberi unti. Yaitu kelapa parut yang dicampur dengan gula merah. Seperti isinya dadar gulung.
Wah, ternyata murah meriah jajanan di sini. Hati senang perut kenyang. Saya pikir akan menjumpai jajanan dengan harga selangit. Secara di Kota Kupang gitu loh. Ibu kota Nusa Tenggara Timur Kepulauan Timor.
Kalau begini jadi ingin ke sana lagi. Soalnya belum puas. Ya, semoga saja. Aamiin. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H