"Saat pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Semau. Saya langsung minta pulang saat itu juga."
Hah! Ada apa dengan Pulau Semau?
Sungguh. Ini nyata. Benar adanya. Pernyataan di atas adalah petikan percakapan saya dengan Diksi Paisal. Salah satu team Nusantara Sehat Kementerian Kesehatan Batch XV yang ditempatkan di Puskesmas Akle, Pulau Semau, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Diksi Paisal adalah Ahli Teknologi Lab Medis asal Bandung, Jawa Barat. Ia tertarik untuk bergabung dengan team Nusantara Sehat karena panggilan jiwa. Panggilan jiwa untuk siap melayani masyarakat. Terutama di daerah pinggiran atau pedalaman.
Harapannya bisa ditempatkan di daerah Cianjur, Jawa Barat. Salah satu daerah yang masuk dalam daftar penempatan team Nusantara Sehat.
"Jadi masih di wilayah Jawa Barat. Tidak jauhlah dari Bandung itu mah."Â
Begitu yang terbersit dalam benaknya. Tidak menyangka bahwa ia akan ditempatkan di sebuah pulau nun jauh di sana. Kepulauan Timor, Nusa Tenggara Timur.Â
"Tidak bisa di Cianjur saja," pintanya.
'Tidak bisa. Ini sudah keputusan yang tidak bisa diganggu gugat."
Maka begitulah. Bersama enam orang lainnya yang tergabung dalam Team Nusantara Sehat Kemenkes Batch X V, Diksi Paisal dan kawan-kawan berangkat ke Pulau Semau. Pulau yang nama aslinya adalah Nusa Bungtilu.Â
Ia harus komit dengan pilihannya untuk mengabdi di sana selama dua tahun. Berat. Tentu saja. Bagaimana tidak? Ini untuk pertama kalinya ia merantau jauh hingga ke Pulau Timor.Â
"Dulu pernah juga tapi ke Jakarta."
Itu sih hanya sekedipan mata dari Kota Bandung kata saya dalam hati.
Bulan-bulan pertama sungguh tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan jauh dari mana-mana.
Pulau Semau memang hanya beberapa menit saja dari Kupang, ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur. Sekitar 15-20 menit penyebrangan dari Pelabuhan Bolok ke Pelabuhan Hansisi, Semau.
Namun kondisi di sana jauh dari kata mudah. Tidak ada angkutan umum. Jalanannya rusak. Kanan dan kiri jalan yang dilalui masih hutan. Tak ada warung jajanan atau makanan yang bisa dijumpai. Kalaupun ada toko kelontong hanya beberapa saja. Itu pun jaraknya berjauhan.
"Kami harus berbelanja ke kota Kupang untuk kebutuhan sehari-hari. Biasanya belanja dalam jumlah besar sekaligus," ujar Diksi Paisal.
Penerangan yang masih minim. Sinyal yang hanya bisa untuk satu provider plat merah saja. Itu pun hanya di tempat tertentu baru bisa terjangkau. Sungguh pengalaman luar biasa bagi seorang Diksi Paisal yang terbiasa hidup di kota besar.Â
"Dua bulan baru hapal jalan dari dan kembali ke puskesmas," ungkap Diksi Paisal.
Karena memang tak ada papan petunjuk jalan. Tak mudah menjumpai warga yang bisa ditanyai. Karena jarak rumah pendukung pun berjauhan. Goegle maps? Lupakan.Â
Namun setelah tiga bulan berlalu dan mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan. Pesona Pulau Semau tak bisa dihindarkan lagi.Â
Pantainya yang indah bak lukisan. Surga tersembunyi yang tak boleh dilewatkan. Pulau Semau memang memiliki beberapa pantai yang sangat indah. Pantai Letbaun, Pantai Otan, Pantai Liman, Pantai Uinian dan masih banyak lagi. Semuanya menawarkan keindahan dan panorama yang tak terbayangkan sebelumnya. Luar biasa indah.Â
Kebaikan dan kehangatan penduduk di sana menjadikan Diksi Paisal merasa memiliki keluarga baru.Â
Keramahan para mama di sana saat didatangi. Senyum manis dan wajah polos anak -anak pulau menyadarkan Diksi Paisal bahwa kehadirannya bersama team Nusantara Sehat di sana tidaklah sia-sia. Mereka butuh perhatian terutama dari segi kesehatan.
Atas kesadaran untuk bisa meningkatkan derajat kesehatan agar lebih baik lagi. Membuat inovasi dalam pelayanan kesehatan dan aplikasi ilmu yang diterapkan langsung ke masyarakat pedalaman. Kini Diksi Paisal sudah bisa menjalankan tugasnya dengan penuh perasaan.
Rupanya pesona Pulau Semau tak bisa dihindari oleh mereka yang sudah menjejakkan kaki di sana. Keramahan dan kehangatan penduduk. Serta keindahan pantai-pantainya memberi nuansa tersendiri.
Diksi Paisal yang bertugas memberikan layanan pemeriksaan darah, kolesterol, asam urat, glukosa, HbsAg, sifilis, homoglobon dan lain-lain. Serta pemeriksaan urine untuk tes kehamilan. Dan pemeriksaan dahak untuk diagnosis penyakit TBC. Kini bisa berujar.
"Beta su betah di sini kakak ee."
(EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H