Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengolah Kain Perca untuk Modal Usaha Saudara

30 Desember 2020   14:45 Diperbarui: 30 Desember 2020   15:02 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya hal paling menyayat perasaan adalah ketika ada saudara yang membutuhkan bantuan dan kita tidak bisa membantu apa-apa. Tidak bisa memberi apapun. Rasanya seperti melihat kesengsaraan di depan mata sementara kaki kita terpasung.

Oleh karenanya sebisa mungkin turut membantulah walaupun sebatas bantuan berupa tenaga. Berbagi walau mungkin tak seberapa besar pemberian tersebut. 

Lalu bagaimana jika kesengsaraan dan keterpurukan yang dirasakan oleh sedulur-sedulur tersebut terjadi di masa pandemi seperti sekarang ini? Benar-benar seperti terpasung.

Jangankan membantu secara finansial. Bantuan berupa tenaga pun terkurung aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Yakni adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Di mana semua kegiatan dilakukan dari dalam rumah. Jadi bagaimana mau bergerak?

Tapi apakah lantas kita jadi pasrah dan menutup hati? Tak ingin menyantuni padahal jelas-jelas mereka membutuhkan. Tentu tidak. Ketika salah satu saudara mengeluh tentang suaminya yang tak bekerja lagi. Lalu ia ingin berdagang kecil-kecilan tapi tak punya modal. Rasanya terenyuh sekali. Saya ingin sekali membantu. Namun keuangan pribadi pun sedang tidak stabil. 

Jadilah berpikir keras bagaimana caranya bisa membantu tanpa mengurangi pos-pos kebutuhan pribadi. Bukankah sebelum menyelamatkan orang lain, diri kita dulu yang diselamatkan? 

Tiba-tiba saya melihat tumpukan prakarya hasil kegiatan mengisi waktu luang. Yakni berupa kriya dari kain perca. Ada beberapa yang sudah rapi. Lainnya masih setengah jadi. Langsung saya foto dan menawarkannya kebeberapa kawan. Ternyata responnya cukup baik. Mereka mau membeli beberapa barang olahan kain perca yang saya buat.

Saya pun mulai berhitung. Jika bisa terjual sekian barang. Hasilnya lumayan bisa diberikan kepada saudara yang kemarin butuh modal untuk usaha. Akhirnya saya pun semangat menawarkan dan membuat kriya dari kain perca tersebut.

Alas Unik Dari Olahan Kain Perca

Olahan kain perca yang bagaimana sih? Kok saya bersemangat sekali menawarkannya? Jadi saya membuat sebuah alas atau taplak kecil dari kain perca. Bentuknya bulat. Bisa digunakan untuk alas vas bunga atau alas benda yang panas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Bahan dan hiasannya dari kain perca tak terpakai lagi. Dipotong kecil-kecil kemudian dijahit menggunakan tangan. Iya, tangan. Jadi bukan menggunakan mesin jahit. Makanya saya bisa mengerjakannya dimana-mana. 

Namanya hobi. Jadi hasilnya digunakan sendiri atau untuk hadiah. Tidak terlintas untuk menjualnya. Namun saat pandemi dan banyak korban yang terdampak Covid-19. Salah satunya saudara sendiri yang kehilangan pekerjaan dan tak memiliki sumber penghasilan lain. Akhirnya olahan kain perca ini pun diberdayakan. 

Hasilnya lumayan untuk modal usaha kecil-kecilan. Setidaknya ada pemasukan sehari-hari. Untuk membeli gas, pulsa listrik dan lain-lain. Bukan sekadar bantuan berupa beras dan mie instan. 

Tanpa uang untuk membeli gas, semua bahan makanan tersebut hanya teronggok tak bisa dimanfaatkan. Itulah kenapa saudara yang terdampak Covid-19 ingin membuka usaha. Demi ada pemasukan sehari-hari.

Usaha Minuman dan Jajanan Untuk Menyambung Hidup

Usaha apa sih yang dilakukan oleh saudara saya? Usaha kecil-kecilan. Berupa jualan minuman sachet dan makanan ringan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Kelihatannya memang tidak seberapa. Namun niatnya untuk berusaha dan tidak mau bergantung terus pada bantuan yang diberikan pemerintah, membuat saya salut. 

Apalagi saat diceritakan bahwa meski tak melulu habis. Tapi setiap hari ada saja yang membeli. 

"Alhamdulillah jadi ada pemasukan Mba."

Saya jadi terharu. Bantuan tak seberapa yang diberikan bisa untuk keberlangsungan hidup sebuah keluarga. Bahagia rasanya melihat mereka bahagia. Bahagia mereka bahagia kita juga. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun