Mereka berdua yang membantu kehidupan Inti Sari selama di Solo. Membantu mewujudkan keinginannya. Bahkan hingga ke Yogyakarta. Di adik yang saat itu masih kuliah, rela berhenti kuliah demi menemani Inti Sari. Setelah proses pembelajaran di Yogyakarta selesai. Ia bawa kembali Inti Sari ke Solo dan menikahinya.
Tentu saja keinginannya itu ditentang oleh keluarga besar di laki-laki. Baik tak apa. Membantu pun tak masalah. Tapi menikahi perempuan lumpuh? No way. Namun siapa yang bisa membendung kekuatan cinta? Si laki-laki rela terbuang dari keluarga demi Inti Sari.
Mereka pun akhirnya menikah atas bantuan si kakak. Setelah menikah, bukan berarti kehidupan Inti Sari berubah. Sebab si suami tak bekerja.Â
Inti Sari merasa bertanggungjawab atas kehidupan si suami. Akhirnya ia yang  berinisiatif mencari pekerjaan. Berpikir membuka usaha. Karena si suami hanya bisa marah-marah.Â
Kehidupan rumah tangga bagi perempuan normal saja penuh liku. Apalagi perempuan dengan keterbatasan. Namun berkat keuletan, kegigihan dan ketabahan Inti Sari. Semua cobaan itu bisa ia lalui.Â
Ia menjadi otak dan manager bagi rumah tangganya. Sang suami sebagai eksekutor. Kini semua impian Inti Sari terwujud sudah. Ia memiliki usaha jahit yang dikerjakan oleh suaminya. Memiliki kost-kostan untuk investasi hari tua. Bisa menguliahkan anak semata wayangnya.
Pencapaian tersebut menjadi pelajaran berharga bagiku. Bahwa ia saja yang seperti itu bisa bangkit dan memperjuangkan hidupnya. Masa kita tidak?Â
Jadi bagiku. Seorang Inti Sari merupakan sosok yang sangat inspiratif. Sosok yang menjadi panutan dan penyemangat kala merasa terpuruk. Bersamanya kami bisa menertawakan hidup. (EP)
