Beberapa tahun kemudian semua didikan dan ajaran tersebut barulah terasakan kegunaannya. Ketika kami sudah mulai memasuki dunia kerja, bapak terkena stroke. Untuk beberapa waktu, ibu menemani bapak di rumah sakit. Adik laki-laki bekerja di luar kota.Â
Praktis hanya saya yang di rumah. Tidak ada laki-laki yang bisa diandalkan. Maka sebelum berangkat mengajar saya harus memasak sendiri. Untuk bekel saya dan sarapan ibu yang saya antar ke rumah sakit sekalian berangkat mengajar.Â
Cukup lama kondisi seperti itu. Maka mau tak mau jika ada pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki, saya turun tangan sendiri. Daripada memanggil tukang. Biayanya bisa dialihkan untuk pengobatan bapak. Lagipula saya masih bisa mengerjakannya sendiri. Kecuali jika tidak bisa.Â
Ternyata semua nasihat dan didikan orang tua saya benar. Baru terasakan manfaatnya setelah besar. Jadi tidak terlalu bergantung pada orang lain. Ketika kini di rumah sudah ada bocah. Dan bapaknya si bocah lebih kalem daripada saya. Jadi bertukar peran sudah hal biasa di rumah.Â
Dia yang membuat kue donat di dapur. Sementara saya mencabut rumput dan merapikan pagar di depan. Donat buatannya pun enak dan rapi hasilnya. Intinya tidak mengecewakan... hihihi .
Bahkan suatu ketika saat di rumah ada tikus masuk. Saya yang mengejar-ngejar. Bapaknya bocah masuk kamar sambil nungguin bocah. Lha, coba itu? Apa tidak terbalik... hahahaha.
Tapi itulah hidup. Saya tidak merasa terganggu apalagi menggerutu. Sebab sudah terbiasa. Saya pun merasa bersyukur, dulu ibu bapak mendidik saya seperti itu. Karena kita memang tidak tahu ke depannya seperti apa.
"Perempuan itu harus serba bisa untuk berjaga-jaga. Iya, kalo dapat suami mapan. Kamu bisa ongkang-ongkang kaki macem ratu? Kalo enggak? Atau suami tiba-tiba kena stroke kayak bapakmu? Atau meninggal duluan. Intinya kamu sudah siap mental ketika suatu saat harus mengambil alih peran karena keadaan."
Sungguh nasihat yang benar adanya. Saya merasakan manfaatnya sekarang. Jadi, tukar Peran rumah tangga? Santuy saja. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H