Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meski Terasa Getir, Welcome November

1 November 2020   14:55 Diperbarui: 1 November 2020   14:58 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"And no one's really sure who's lettin' go today" (November Rain)

Sepenggal lirik lagu milik Gun's N Roses itu awalnya biasa saja terdengar di telinga. Namun setelah November 2014 semua terasa berbeda. Ada sesak menyelusup dalam sanubari ini.

Sedih jika teringat peristiwa itu. Peristiwa kehilangan terbesar dalam hidup saya. Yaitu meninggalnya ibunda tercinta. 

Semua terjadi begitu saja sesuai kehendak ilahi. Tanpa diawali sakit atau peristiwa tertentu seperti kecelakaan dan lain-lain. Ibu meninggal dipelukan kami anak-anaknya. Setelah sehari sebelumnya sepulang dari masjid merasakan letih.

Saya segera membawa ibu ke dokter langganan. 

"Asam lambungnya tinggi. Istirahat yang cukup. Jaga makanannya."

 Begitu nasihat dokter. Ibu memang memiliki riwayat sakit lambung. Tapi itu dulu. Sudah lama tidak pernah ada keluhan lagi. Saya dan adik-adik segera mengatur pola makan ibu.

Ibu kami biarkan rebahan saja di tempat tidur. Jika ingin sesuatu salah satu dari kami yang mengambil dan menyuapi. Semua terlihat biasa saja. Kami ngobrol seperti biasa. Bedanya kali ini ibu sambil rebahan.

Kami sungguh tak menyangka bahwa itulah hari terakhir kami bercengkrama dengan ibu. Dini hari ibu terbangun dan terlihat sulit bernapas. Hanya dalam hitungan menit langsung menghembuskan nafas terakhirnya.

Bagaimana saya tidak shock? Semua begitu tiba-tiba. Tangisan adik yang tak percaya melihat kenyataan ini membuat hati saya teriris. Bagaimana hidup kami selanjutnya tanpa orang tua?

Membayangkan hal tersebut, air mata saya tumpah ruah. Saya sebagai anak tertua merasakan beban di pundak ini terasa berat sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun