Batik. Selembar kain dengan motif yang dibuat dan dipergunakan secara khusus.
Ya, penggunaan kain batik memang tidak sembarangan. Hanya kalangan tertentu atau di waktu-waktu tertentu.
Ada filosofi tertentu dalam pembuatan kain batik. Sehingga tidak asal saja mengenakannya.Â
Begitu lekatnya pakem tersebut. Sehingga orang enggan mengenakan kain batik kecuali saat melaksanakan ritual pernikahan. Dulu.
Ya, dahulu memang seperti itu penggunaan kain batik. Ono wayahe kata orang Jawa. Maksudnya ada waktunya kapan kita bisa mengenakan kain batikÂ
Sebab memang kain batik itu istimewa. Tidak asal-asalan membuatnya. Butuh waktu berbulan-bulan. Bahkan ada ritual khusus yang dilakukan sebelum membuat kain batik. Dulu. Sekarang pun masih ada yang seperti itu.
Wajar jika harga selembar kain batik itu tidaklah murah. Tentu saja kain batik tulis yang lengkap dengan filosofinya.Â
Oleh karenanya kain batik semacam ini perlu dilestarikan. Sebab tidak mudah pengerjaannya.Â
Setelah batik diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. Banggalah kita sebagai bangsa pemilik warisan tersebut. Mari kita jaga dan lestarikan warisan budaya tersebut.
Caranya? Banyak. Salah satunya dengan membeli kain batik dan mengenakannya. Agar kelangsungan penggrajin batik pun terus berjalan.
Mahal ah? Eits, jangan salah. Kini kain batik ada yang dibuat dengan cara di cap. Jadi tidak melulu di canting.Â
Canting. Alat yang digunakan untuk membatik di atas kain dengan menggunakan malam. Inilah yang disebut kain batik tulis.
Dengan kain batik cap, kamu bisa mengenakan batik untuk keseharian. Batik tulisnya bisa dikenakan pada waktu-waktu khusus.
Jadi jangan takut dan sayang-sayang mengenakan batik. Apalagi masih berujar, Pake batik? Kayak mau kondangan aja."
Ups! Batik memang identik dengan acara resmi seperti kondangan. Namun bukan berarti tak bisa mengenakan batik untuk sehari-hari atau sesuai passion. Kini batik sudah menjadi busana nasional.
Tinggal bagaimana menyiasatinya saja? Dan tentu saja disesuaikan dengan isi kantong. Corak batik pun kini beragam. Bagi yang laki-laki tidak perlu khawatir disebut seperti bapak-bapak. Begitu juga sebaliknya bagi perempuan.
Batik bukan milik satu golongan. Bukan milik orang-orang tertentu. Batik milik kita semua. Semua bisa mengenakan batik sesukanya. Namun tetap jaga kode etiknya.Â
Enggak ngerti kode etiknya? Belajar. Ya, makanya belajar. Cari tahu. Banyak tahu, banyak ilmu. Meski sedikit, pengetahuan tentang batik bisa membuat kita paham dan menghargai hasil karya tersebut.Â
"Selamat Hari Batik Nasional."
 (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H