Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Perempuan Jago Naik Kuda Itu Tak Cuma Keren tapi Juga Hebat

1 Juli 2020   23:52 Diperbarui: 1 Juli 2020   23:51 1642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dihantui pikiran buruk seperti itu. Saya pun membatalkan niat untuk menggoreskan kenangan indah pada si kecil tentang enaknya berkuda. Nanti sajalah kalau sudah besar. 

Tapi apa yang terjadi? Si kecil menangis dong. Tetap ingin naik kuda. Maka saya minta bapaknya ikut naik juga. Awalnya si bapak menolak. Tapi demi anak tak apalah. Tak apa juga mesti membayar lebih.

Kalau seperti ini saya pun merasa aman. Tak khawatir lagi. Maka begitu mereka dituntun keliling naik kuda. Saya dengan santainya mencari jajanan yang menarik di sekitar sana.

Tak berapa lama mereka tiba kembali di tempat star tadi. Si bapak turun dan saya siap mengendong si kecil. Namun apa yang terjadi? Si kecil menangis tak mau turun. My God. Dia suka naik kuda.

Akhirnya diputuskan satu putaran lagi. Tapi si bapak tak mau menemani lagi. Gantian katanya. Jadi saya yang harus naik menemani si kecil keliling naik kuda.

Yo weslah demi bocah. Saya pun bersedia. Si penarik kuda segera mengatur pijakan agar sesuai dengan panjang kaki saya. Setelah siap, saya dipersilakan naik. 

Awalnya saya merasa biasa saja. Bahkan sedikit mengkhayal seolah-olah saya Cinderella yang sedang berkuda seperti yang saya lihat di film. Merasa kerenlah pokoknya. Saya pegang tali kendali dengan mantap.

Begitu si penarik kuda mulai berjalan menuntun kami sambil memecut si kuda agar berlari-lari kecil. Jantung saya dong mulai bereaksi. Deg-degan gitu. Secara di atas ketinggian bergoyang-goyang tanpa ada sandaran, pegangan dan lain-lain. Hanya berpegangan tali saja. Pikiran buruk pun kembali berseliweran.

Dokpri
Dokpri

Duh, piye iki kalau tiba-tiba kudanya ngamuk dan mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi seperti di film-film? Atau tiba-tiba berlari kencang tanpa terkendali? Bagaimana nasib saya dan si kecil? Enggak terbayang kalau kami terpelanting dari kuda. Meski hanya dari ketinggian dua meter tetap saja tinggi dan membahayakan.

Diliputi pikiran seperti itu, jadinya saya tak tenang selama di atas kuda. Boro-boro senang. Inginnya cepat sampai. Saya spontan berteriak ketika si penarik kuda memecut kudanya agar berlari sementara ia sendiri berjalan santai di belakang tak memegangi kuda kami.

"Hadeuuh, hadeuuh! Jangan dilepas atuh. Nanti kudanya lari bagaimana Mang? Saya teh takut ini. Takut kudanya ngamuk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun