Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berhenti Membanding-bandingkan Pasangan, Meski Tak Terucap Tetap Melukai Perasaan

7 Juni 2020   21:28 Diperbarui: 7 Juni 2020   21:31 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari curahan hati tersebut kita bisa melihatnya dari beberapa sisi. Dari sisi suami, bisa saja ia hanya berkomentar  lalu  memberikan  usulan tanpa bermaksud membanding-bandingkan.

Dari sisi istri, jelas ia merasa dibandingkan dan si suami menginginkan dirinya supaya seperti itu. Meski kesal dan sakit hati namun ia berusaha melakukan apa yang disarankan si suami. Begitulah kebanyakan yang terjadi pada seorang istri. Manut, nurut meski hati meruntuk. 

Dalam hal-hal tertentu bisa dibenarkan hal tersebut. Namun ada hal-hal yang seharusnya dijaga juga oleh suami. Jangan asal ucap. Sebab bisa membuat si istri kepikiran. Iya, kalau si istri tipe orang yang cuek. Kalau sebaliknya? Apa enggak melukai perasaannya tanpa disadari?

Dalam islam Rasulullah SAW mengajarkan adab-adab suami terhadap istri dan sebaliknya. Salah satu contoh soal masakan. Andai masakan istri keasinan, tidak lantas berkomentar dengan gamblang. Hal tersebut bisa melukai hati si istri. Maka dikatakanlah dengan elok.

"Kalau besok masak lagi, garamnya agak dikurangi ya biar lebih enak."

Kata-kata demikian meski si istri tahu maksudnya bahwa masakan hari ini keasinan. Tidak lantas membuatnya meradang. Justru bisa membuatnya senyum-senyum. 

Maka memang benar. Menjaga perasaan itu sangat penting.  Meski sudah menjadi suami istri yang sudah tahu luar dalamnya. Sebab hati itu untuk dijaga bukan dijajah. (EP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun