"Enak sing untune sek utuh."
Artinya, "Enak bagi yang giginya masih utuh."
Saya tersenyum. Iya juga sih. Eh, tapi kawan-kawan yang sepantaran pun kerap melontarkan kata-kata demikian.
"Busyet dah. Keras bener biji ketapang Lo. Enggak pakai kelapa ya?" komentar seorang kawan.
"Pake kok. Resepnya sama dengan resep punya Lo."
"Tapi punya gue enggak keras begini. Ntar kita cobain biji ketapang di rumah si anu dah."
Begitulah. Saat berlebaran ke rumah kawan satu ke kawan yang lain, kami tak lupa menanyakan kue biji ketapangnya. Mencicipi sekaligus mencaci. Tentu saja dalam konteks guyon atau bergurau.
Ternyata tak hanya kami anak-anak. Para orang tua pun demikian. Saling melempar komentar terkait biji ketapang.
"Heran deh gue. Keras mulu kalo bikin biji ketapang. Sampe dimarahi laki gue dah tuh."
"Tapi laku juga kan biji ketapangnya?"
'Ya, laku. Kalo kue lain dah pada habis. Pasti yang dicari biji ketapang."