Masih dalam suasana lebaran. Cemilannya pun masih yang berbau-bau lebaran. Kali ini saya akan bercerita tentang cemilan lebaran yang saya sukai dan sangat khas sekali. Namanya manisan kolang-kaling atau buah atep.
Manisan kolang-kaling atau buah atep merupakan cemilan lebaran khas Betawi. Saya mengenal dan kemudian jatuh suka dengan manisan ini karena bergaul dengan kawan-kawan asli Betawi.Â
Dulu jika berlebaran ke rumah kawan yang asli Betawi, salah satu suguhan yang dikeluarkan adalah manisan kolang-kaling. Warnanya ada yang merah dan ada yang hijau. Awal-awal mencicipi manisan ini saya langsung suka. Bukan karena rasa manisnya. Melainkan tekstur buahnya yang kenyal-kenyal. Â
Hal tersebut mengingatkan saya pada buah lontar yang khasnya kota Tuban itu. Teksturnya sama kenyalnya. Enak saja menikmati sensasi buah yang kenyal-kenyal seperti itu dibandingkan dengan yang teksturnya lembek.Â
Pedagang kolang-kaling paling banyak dijumpai pada bulan Ramadan. Sebab Kolang-kaling memang banyak peminatnya di bulan-bulan tersebut. Pada bulan puasa si kolang-kaling lebih banyak dicari untuk digunakan sebagai campuran membuat kolak. Sedangkan pada hari lebarannya lebih banyak dimanfaatkan untuk manisan. Sebagai pelengkap suguhan di hari raya.
Seperti halnya barang kebutuhan pokok lain yang harganya melonjak saat mendekati hari lebaran. Demikian juga dengan kolang-kaling. Harga awalnya yang hanya dua puluh ribu per kilogramnya bisa mencapai empat puluh ribu. Cukup mahal.
Meski demikian tetap saja pedagang kolang-kalingnya di serbu oleh pembeli. Lalu apa menariknya buah atep atau kolang-kaling ini? Berdasarkan beberapa sumber yang pernah saya baca, ternyata kolang-kaling itu mengandung vitamin C, kaya protein dan kandungan airnya banyak. Bagus nih untuk mereka yang sedang diet.Â
Saya kalau sedang makan manisan kolang-kaling suka tak eman-eman. Maksudnya tidak sekaligus ingin dihabiskan. Meski dalam hati inginnya begitu. Soalnya enak sih. Apalagi kalau mengingat cara membuatnya yang memerlukan waktu tidak sebentar. Direndam selama dua jam. Direbus agar lendirnya hilang. Lalu direbus lagi berbarengan dengan air gula. Jadi memang butuh proses.Â
Belum lagi kalau menelusuri proses mendapatkan buah atep atau kolang-kaling yang tidak mudah. Melalui proses pembakaran dan perendaman juga. Intinya kolang-kaling bukan buah sembarangan deh. Jadi bisa dikatakan bahwa manisan kolang-kaling bukan manisan biasa. Jika Anda belum pernah mencicipi, sepertinya setelah membaca tulisan ini harus mencicipi deh. Biar tidak penasaran. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H