Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekotak Roti Tawar Berlapis Cokelat (Tanda Cinta Ibu Sepanjang Masa Selama Hayat di Kandung Badan)

18 Februari 2020   12:39 Diperbarui: 18 Februari 2020   12:57 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak berapa lama peserta yang ditunggu tiba. 

"Maaf, maaf. Tadi pas mau berangkat perut mendadak mules. Jadi ke belakang dulu deh. Makanya jadi terlambat."

Meski ada yang merasa kesal hati karena jadi terlambat berangkat. Pada akhirnya semua memaklumi kondisi ini. Setelah peserta yang terlambat sudah duduk nyaman. Aku kembali mengabsen para peserta. Begitu dirasa lengkap dan tak ada yang tertinggal lagi. Sopir bus dipersilakan untuk berangkat.

Saat bus sedang melaju perlahan tiba-tiba kondektur bus berteriak, "Tunggu! Itu ada yang lari-lari ke arah bus. Mungkin peserta yang ketinggalan juga."

Sontak, kami semua menengok ke arah belakang. Tiba-tiba bahuku ada yang menepuk.

"Kayaknya itu ibu kamu deh, Nay?"

Aku segera menoleh ke belakang. Dan terkejut bukan kepalang. Benar. Itu ibuku sedang berlari-lari mengejar bus sambil melambaikan tangan.

"Berhenti dulu pak sopir! Iya, benar. Itu ibu saya," teriakku.

Dengan tergesa dan jantung yang berdegup keras, aku menuju pintu belakang. Bus berhenti. Pintu belakang dibuka. Aku melompat turun menyambut ibu.

"Ada apa, Bu? Kenapa lari-lari begini?" kataku dengan nada cemas.

"Ini, roti tawarmu ketinggalan. Tadi waktu ibu pulang dari masjid kaget melihat kotak roti tawar yang sudah kamu siapkan sejak bangun tidur tergeletak di meja. Nanti kamu telat sarapan makanya ibu kejar. Ibu tadi naik sepeda dan melihat busnya masih ada. Begitu sudah dekat eh, ban sepedanya bocor. Jadi ibu lari saja. Sepedanya titip sama tukang  rokok di sana" ujar ibu dengan terengah-engah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun