Hari ini tanggal 4 Desember 2019 tepat satu tahun wafatnya Nurhayati Sri Hardini atau lebih dikenal dengan nama Nh. Dini.
Novelis kelahiran Semarang, 29 Februari 1936 ini meninggal di Semarang juga 4 Desember 2018 yang lalu akibat kecelakaan.
Saat pertama kali mendengar berita meninggalnya Nh. Dini dari cuitan seorang kawan di twitter, saya sungguh tak percaya. Benarkah? Segera saya buka semua media online. Dan benar. Nh. Dini telah tiada.
Saya terhenyak. Sadar bahwa kematian itu sesuatu yang pasti. Tetapi masih saja tak percaya dengan berita meninggalnya Nh. Dini. Mungkin karena saya mengagumi sosoknya sebagai penulis perempuan Indonesia yang konsisten dengan jenis tulisannya. Sehingga merasa kehilangan dengan peristiwa tersebut.
Rasanya tak rela bila ia harus pergi secepat ini. Saya selalu merindukan tulisan-tulisannya. Namun inilah kenyataannya. Dan hari ini satu tahun sudah Nh. Dini berpulang menghadap Sang Pencipta.
Ingatan pun kembali ke masa-masa awal saya mengenal tulisan Nh. Dini. Saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Â Saya mendapat tugas bahasa Indonesia untuk meringkas salah satu buku dari pengarang yang sudah ditentukan nama-namanya oleh guru bahasa Indonesia.
Nh. Dini termasuk dalam daftar pengarang yang ditetapkan tersebut. Saya memilih buku karangannya karena penasaran. Ia satu-satunya pengarang perempuan yang dipilih.Â
Tentu istimewa. Setidaknya di mata guru bahasa Indonesia saya saat itu. Perburuan pun dilakukan. Perpustakaan sekolah menjadi tempat menghabiskan waktu istirahat. Namaku Hiroko buku yang kemudian menjadi pilihan saya untuk tugas sekolah.
Begitu sudah lulus sekolah dan bisa menghasilkan uang sendiri. Berburu buku Nh. Dini lebih gencar dilakukan. Kali ini untuk mengoleksi bukunya.Â
Satu per satu koleksi buku karya Nh. Dini mulai terkumpul. Nyaris lengkap. Terakhir mendapat tambahan koleksi buku dari hadiah give away. Wah, rasanya senang sekali. Ini hadiah istimewa bagi saya.