Bagi pencinta Wastra tentu sudah tidak asing dengan nama Dian Oerip. Nah, pada hari Sabtu, 2 November kemarin ia merayakan 11 Tahun Oerip Berkarya.Â
Berkolaborasi dengan komunitas Perempuan Pelestari Budaya Indonesia, acara tersebut digelar di Jambuluwuk Hotel Thamrin, Jakarta. Dengan menampilkan peragaan busana, tarian Maumere, bincang Wastra, bazar dan tumpengan sederhana.
desainer Indonesia yang karyanya sudah mendunia.
Bagi yang belum tahu siapa itu Dian Oerip silakan goegling dulu deh. Dijamin jatuh cinta dengan dirinya. Eh, dengan karya-karyanya. Karena ia merupakan salah satuBagaimana tidak mendunia kalau karya rancangannya itu unik banget. Tiga potong bahan tenun atau batik ia jadikan satu model busana tanpa ada yang dipotong. Artinya kain-kain yang digunakan tersebut utuh.
Orang menyebut desainnya itu satu Wastra Tiga Pulau. Karena memang dibuat dari kain tenun yang berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya satu daerah saja. Ada tenun Lombok, tenun Baduy dan tenun Jepara dalam satu busana.Â
Bingung ya membayangkannya? Kain tenun dari berbagai daerah tanpa dipotong dijadikan busana. Berantakan dong? Iya, jika hanya dibayangkan saja. Begitu melihat secara langsung. Wow. Saya sih menyebutnya keren.Â
Sejak lama saya menyukai desain karya Dian Oerip. Selain unik, gayanya sporty dan nyleneh. Tapi tetap terlihat cantik. Oleh karenanya ia menyebut para pencinta rancangannya dengan sebutan Mbois.
Mengikuti kiprahnya di media sosial membuat angan saya berkelana untuk suatu hari nanti berkunjung ke daerah asal nya, Ngawi. Di sana ia memiliki galeri yang diberi nama Omah Oerip Kahoeripan. Sudah terbayang rasanya berada di Omah Oerip. Berbincang-bincang langsung dengan sang pemilik Omah Oerip.
Namun satu angan itu telah diwujudkan oleh sang pemilik urip. Saya mendapat kesempatan menghadiri Perayaan 11 Tahun Oerip Berkarya. Yang tentu saja akan bertemu langsung dengan sang desainer, Dian Oerip.Â
Wah sungguh tak menyangka. Apalagi hari itu saya sedang mengikuti kelas literasi media di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pesimis waktunya akan cukup untuk ke sana.
Setelah diyakinkan oleh seorang teman bahwa masih bisa terkejar, maka begitu kelas usai saya langsung bersiap meluncur ke tempat acara. Seorang teman lainnya yang memang sudah berniat hadir, sudah tiba terlebih dulu tiba.
Meski terlambat sedikit tak masalah. Karena rangkaian acaranya masih panjang. Dimulai dengan bincang Wastra sebentar, lalu satu tarian tunggal di dalam kolam renang. Baru berlanjut ke acara berikutnya. Menari Maumere bersama-sama dilanjutkan dengan peragaan busana.Â
Tentu saja dengan peserta yang mengenakan baju rancangan Dian Oerip. Saya termasuk didalamnya. Meski tak sesemampai para Mbois itu. Setidaknya ikut bergaya sedikit bolehlah. Untuk kenang-kenangan. Agar hidup lebih berwarna.
Setelah itu acara ditutup dengan makan bersama. Pengumuman pemenang peragaan busana yang hadiahnya bisa ikut ke Bangkok untuk peragaan busana di sana. Mantap ya? Di luar negeri memamerkan hasil karya anak negeri. Tak salah kan jika saya mengaguminya? (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H