Niat hati merasakan lebaran di Bandung. Apa daya takdir mengharuskan saya pulang kembali ke Tangerang sebelum lebaran tiba.
Setelah sekitar lima hari di Bandung sejak keberangkatan tanggal 30 Mei 2019. Pada tanggal 3 Juni 2019 sore mendapat kabar kalau adik saya sakit. Sementara yang lain sudah bersiap-siap akan berangkat ke Bandung. Adik yang sakit tentu batal ikut. Tetapi ditinggal sendirian tidak tega. Akhirnya saya diminta pulang.
Wah, mau bagaimana lagi. Kondisinya mengharuskan saya pulang ke Tangerang sebelum lebaran tiba. Awalnya saya ingin pulang esok pagi usai salat subuh. Tetapi kepikiran adik yang malam ini bakal sendirian.Â
Tak ada tetangga juga yang bisa dimintai tolong kalau ada apa-apa. Akhirnya pukul lima sore hari itu juga saya putuskan pulang ke Tangerang. Meski dengan risiko akan malam di jalan.Â
Sebetulnya saya tidak suka perjalanan malam hari. Karena tidak bisa menikmati pemandangan. Apalagi saya sendirian. Selain itu saya agak liyer atau bingung kalau jalan malam hari. Dan benar saja. Keluar dari Sarijadi melalui Pasteur, saya sempat putar-putar jalan beberapa kali untuk menemukan jalur ke Cimahi dan Padalarang.
Setelah sempat bertanya pada petugas di jalan akhirnya saya bisa melaju dengan mulus hingga Padalarang. Di sini kondisi jalanan gelap, tak banyak lampu penerangan jalan. Kendaraan yang melintas pun masih tak terlalu banyak.Â
Saya pepet kendaraan berplat Bogor agar tetap mendapat pencahayaan yang cukup. Jalanan yang meliuk-liuk dan gelap cukup membuat saya was-was. Saya khawatir ban motor bocor atau kenapa-kenapa. Sementara tak terlihat ada bengkel di tepi jalan. Ini yang tak saya sukai dari perjalanan malam hari.
Seperti saat berangkat, kali ini saya memilih jalur puncak juga untuk pulang ke Tangerang. Tiba di Cianjur perjalanan saya masih aman dan lancar. Mobil yang saya pepet entah berbelok kemana. Nah, dari sini saya kembali bingung.Â
Jalur yang saya tuju adalah puncak. Tetapi kenapa saya berputar-putar di Kota Cianjur? Akhirnya bertanya lagi pada petugas yang ditemui di jalan. Setelah itu barulah saya dengan lancar meliuk-liuk lagi di kawasan Puncak. Bedanya kali ini malam hari.
Masih lancar jaya tak banyak follower. Dari arah sebaliknya pun tak terlalu padat. Hanya saja karena kondisi malam hari. Sekitar pukul 10 malam. Maka perjalanan motoran kali ini sambil menahan dingin.Â
Jaket yang saya kenakan masih tembus dingin. Dalam situasi seperti ini, menahan dingin dan harus hati-hati karena jalanan yang berkelok-kelok. Saya merasakan jalur Puncak itu ternyata panjang juga.Â
Memasuki daerah Ciawi baru terlihat sedikit kemacetan. Setelah masuk ke Bogor Kota, kembali saya harus putar-putar kota karena linglung mencari jalur yang kearah Parung. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 malam. Jalanan mulai sepi. Saya agak ngawur mengikuti arah jalan.Â
Pokoknya lurus saja tujuan Parung. Begitu bertemu pertigaan jalan ternyata saya lewat daerah Semplak. Sudah bertemu jalur Parung agak sedikit lega. Tinggal lurus saja sampai ke temu daerah Ciputat. Di salah satu SPBU saya sempat berhenti. Selain mengisi bensin juga mengisi perut Saat buka puasa tadi hanya minum dan makan beberapa potong kue.Â
Setelah merasa cukup beristirahat saya pun segera melanjutkan perjalanan. Pukul 12.30 dini hari akhirnya tiba di rumah dengan selamat. Meski batal merasakan lebaran di kampung orang. Setidaknya saya sudah mudik. Tak apa harus mengurus adik. Karena begitulah keluarga. Tolong menolong dan saling membantu satu sama lain. (EP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H